Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Senin, 07 Oktober 2013

Muhammad Tercinta (6)


TANDA-TANDA KERASULAN MUHAMMAD SAW SAAT REMAJA

Nabi Muhammad ketika muda, amat menyukai perjalanan.
Perjalanan banyak memberinya pelajaran, tentang ciptaan Tuhan.
Langit biru yang membentang, awan putih yang berarak
Gurun pasir yang terhampar, matahari yang bersinar
Bulan yang tersenyum, bintang yang berkelip
...
Dalam sebuah perjalanan niaga, Muhammad gembira ikut serta.
Beserta rombongan, mereka tiba di rumah pendeta Bukhaira.
Bukhaira meminta rombongan singgah sementara,
Sekedar melepas lelah dan berbagi cerita.
Saat itulah, Muhammad muda duduk di bawah sebuah pohon.
Setelah masa kenabian Isa ‘alaihi salam berlalu sekian lama,
Belum pernah ada orang yang duduk di bawah pohon itu.
Ooh... jangan-jangan...
Buhira segera menghampirinya, dan... terlihatlah tanda di belikatnya.
Ooh... belikat itu, tanda kenabian itu...
Sama seperti yang tertera dalam kitab Taurat dan Injil.
...
Ketika kafilah hendak beranjak, pendeta Bukhaira berbisik pada Abu Thalib:
Inilah pemimpin seluruh alam
Inilah Rasul utusan Tuhan semesta alam
Ia akan diutus sebagai rahmat seluruh alam
Segera pulangkan ia, jaga ia baik-baik.


TANDA LAIN KERASULAN MUHAMMAD

Tanda lain dari kerasulan Muhammad yang sangat kentara,
Di masa kanak-kanak hingga awal remaja,beliau senang menggembalakan domba.
Seperti halnya nabi-nabi sebelumnya, yang diutus Allah ke dunia.
...
Menggembalakan domba...
Berarti menuntunnya ke padang rumput
Menjaganya agar tak terpisah dari kawanan
Melindunginya dari bahaya terkaman serigala
Menggiringnya pulang ke kandang semula.
...
Ya, itulah wujud kerja sang Nabi kelak...
Menuntun ummat ke jalan cahaya
Membimbingnya tetap di jalan selamat
Melindunginya dari segala bala bahaya
Mengantarnya pulang pada maqam yang mulia.
 -------------------------------------------------------------------------
Nah anakku...semua nabi dan rasul pernah menggembala ternaknya. Dengannya mereka yan suci belajar menjadi pemimpin diri dan ummatnya. Menjadi hamba sekalius khalifah-Nya. Demikian ibu berharap kepadamu...agar Alloh menetapkanmu menjadi muslim yan mukmin...tidak hanya peduli diri dari menjauhi neraka tetapi juga mengapai surga Alloh dalam memimpin.

Jumat, 27 September 2013

MATA AIR MATA

Yang tersayang:  anak-anakku

Bagi wanita, air mata adalah permata. Apa gunanya mata kalau bukan untuk berlinang air mata. Ia teman yang setia. Hadir di kala sedih, takut, marah, sakit, rindu, bahagia, haru, bangga, benci, kesal, kecewa, putus asa.
Aku tak ingin menjadi wanita tanpa air mata. Karena air mata bisa menjadi pelipur lara di hati. Menjadi  penawan indah kala membaca Al Quran suci. Menjadi penawar rindu pada suami. Menjadi penebus dosa yang ditobati. Menjadi penopang kekuatan tuk jalani hari-hari. Menjadi jalinan mesra kala bersua dengan Sang Kekasih Sejati di saat dini hari. Penuh ratap dan mengharap janji, semoga khilaf dan salah bisa diampuni, semoga amal ibadah bisa dihargai dan diridhai Rabbul Izzati. Dan setelah menjadi ibu kini, air mata menjadi pengekang amarah saat mendapati  anak-anak yang barangkali lupa tuk berbakti.
Pun jauh sebelum ini, air mata menjadi pembuncah rasa kala mengucap akad suci. Menjadi saksi saat meregang sakit demi lahirnya sang buah hati.
Air mata bukan hanya milik wanita. Jadi menangislah, cinta. Silakan menangis, boleh menangis, tak mengapa menangis, jangan malu dan segan untuk menangis. Mari sini, sayang, menangislah di bahu atau di pangkuanku. Hingga sirna rasa sesak yang memenuhi rongga dadamu. Hingga hilang rasa sakit pada lukamu. Tapi tunggu sebentar, nak, sebelum kau tumpahruahkan air matamu, aku ingin bertanya padamu: mengapa kau menangis? Karena apa kau menangis? Untuk apa kau menangis? Atas dasar apa kau menangis? Demi apa kau menangis?
Dengarkanlah, anakku. Sungguh, Rasulullah juga pernah menangis. Beliau menangis ketika Ibrahim, putranya, meninggal dunia. Beliau menangis sambil berdoa di bawah pohon anggur ketika Beliau berdakwah ke Tha’if, namun penduduk Tha’if mengusirnya dengan cara yang hina dina. Bahkan mereka menyuruh anak-anak di kota itu agar rame-rame melempari Rasulullah dengan kotoran unta dan batu hingga luka. Rasulullah menangis ketika sedang sholat, berdoa, dan membaca Al Quran. Beliau juga menangis ketika melihat Fatimah Az-Zahra putri tercintanya beserta cucu-cucu kesayangannya, kurus kering menahan lapar demi mengenyangkan orang lain. Dan semasa kecil, Beliau menangis jika sesudah mandi, lama tak dipakaikan baju, karena betapa malu. Tetapi Beliau tidak menangis jika tak kebagian buah badam untuk bermain. Beliau tak menangis ketika kebagian jatah makanan paling akhir dan menerima seadanya, apa adanya.
Nah, jadi begitulah, anakku. Jika kau jatuh, maka bangunlah dan segera ucapkan Innalillahi wa innaailaihi raaji’uun. Jika kau sakit, maka sabarlah dan berdoalah Yaa Syafii Syafakallah. Jika kau takut, maka berlindunglah dari godaan dan gangguan syetan dengan mengucap ta’awudz. Jika kau hanya menerima seadanya, maka syukurilah dan ucapkan hamdalah. Jika kau diolok-olok, maka sabarlah dan jangan membalasnya, doakanlah kebaikan untuk mereka. Jika kau disakiti, maka maafkanlah jangan putuskan silaturahmi. Jika kau tak berbaju baru di hari raya, maka tak apa, tersenyumlah. Karena Rasulullah menyuruh kita berhari raya dengan pakaian terbaik yang ada, bukan dengan pakaian terbaru yang belum ada. Jika kau tak kebagian mainan, maka mengalahlah untuk menang. Menang, karena kau senang menyenangkan orang lain, niscaya kau akan disenangkan. Untuk hal-hal yang demikian, alangkah baiknya jika kau bisa menahan air matamu untuk tidak menangis.
Tetapi sungguh, anakku. Menangislah, jika kau melihat pada dirimu atau mendapatinya ada pada diri orang lain, keadaan-keadaan ini: Allah dan Rasulullah dihinakan, agama Allah dipermainkan, Al Quran suci diselewengkan, sunnah Rasulullah diabaikan, masjid ditinggalkan, kaum muslimin dan para ulama dilecehkan, fakir miskin dihardik dan anak yatim dicampakkan, kedatangan hari kiamat diragukan. Mari berlindung dari hal-hal yang demikian, na’udzubillah…
Dan menangislah: saat kau bisa shalat khusyuk dan khudhu di atas sajadah, saat kau tenggelam dalam munajat, saat kelak kau berdiri memandang Ka’bah di Baitullah Al-Haram, saat kelak kau bisa menjadi hafizh Quran dan hadits. Dan menangislah, saat kelak kau bisa melintasi benua dan mengarungi samudera demi menegakkan Kalimatullah dan menyebarkan sunnah Rasulullah. Dengan izin dan ridhaNya, mari berharap dari hal-hal yang demikian, insya Allahumma amiin… 
Dengar, nak, ada dua tetesan yang Allah swt sangat menyukainya ada pada hambaNya. Pertama, tetesan darah ketika sedang berjuang di jalan Allah berperang melawan musuh Allah. Kedua, tetesan air mata seorang hamba di malam hari yang takut kepada Allah, memohon ridha dan ampunanNya. Dan kau tahu, anakku, jika air mata semua anak cucu Adam sampai akhir zaman nanti ditimbang, maka akan lebih berat air mata Adam as saat beliau bertobat menangisi dosa karena tergoda bisikan iblis untuk memakan buah terlarang di surga.
 -----------------------------------------------------------------
Maka meneteslah air mata ini untuk Palestina, Mesir dan Suriah...tolonglah saudara-saudara kami Yaa Rabbi.... Inikah janji-Mu kelak akan basyiroh Rasululloh....

Senin, 29 Juli 2013

Palestina dalam Cerita (1)

CERITAKAN INI PADA ANAK-ANAK KITA

Dahulu kala, ketika Nabi Musa membebaskan kaum Bani Israil dari cengkraman penindasan Fir’aun, Nabi Musa membawa Bani Israil menuju tanah suci yang telah dijanjikan Allah, yaitu tanah PALESTINA. Namun di tengah perjalanan saat Nabi Musa pergi selama 40 hari menuju panggilan Allah untuk menerima kitab Taurat, Bani Israil mulai inkar pada Allah. Salah seorang di antara mereka yang bernama Samiri, mengumpulkan perhiasan emas dari kaum wanita mereka, meleburnya jadi satu dan menjadikannya patung anak lembu untuk dijadikan sesembahan mereka. Dengan tenangnya Samiri berkata kepada mereka, “Inilah Tuhan kita, Tuhan Musa dan Harun, namun kini Musa telah lupa”. Ah, betapa mereka mudah sekali menyimpang.
Nabi Harun yang diperintahkan agar menjaga Bani Israil selama Nabi Musa pergi, tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang sejak awal kaum Bani Israil sudah punya tabi’at membangkang. Tentu saja sepulangnya Nabi Musa, beliau amat marah pada kaumnya. Padahal sebelumnya Allah telah kirimkan nikmat dan karunia yang tak terkira. Saat mereka kehausan, Allah telah kirimkan Manna, sejenis minuman yang rasanya lebih manis daripada madu. Sumbernya lagsung tercurah dari langit laksana salju. Saat mereka kelaparan, Allah telah kirimkan Salwa, sejenis burung murai yang turun dari langit dalam keadaan sudah terpanggang.  Pun begitu, mereka tidak pernah merasa puas dan meminta kepada Musa agar Allah memberikan kacang adas, kacang tanah, dan bawang merah. Betapa aneh dan dungu mereka itu, sudah diberi Manna dan Salwa malah minta yang lebih rendah.
Karenanya Allah marah pada mereka dan dihukumlah mereka selama 40 tahun berputar-putar berkeliling-keliling di Padang Tiih gurun Sinai tanpa bisa keluar dari sana. Selama dalam hukuman itu mereka banyak mengeluh tentang ini dan itu, tidak sabar dan tidak bersyukur. Akhirnya sebelum Nabi Musa menyempurnakan risalah Allah dalam kitab Taurat, Beliau meninggal dunia dalam keadaan murka kepada kaum Bani Israil.
Sebelum meninggal, Nabi Musa menitahkan tugasnya kepada Nabi Yusya untuk membimbing Bani Israil dan membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Amaliq yang kafir dan menyembah berhala. Maka berangkatlah Nabi Yusya bersama pemuda-pemuda Bani Israil yang beriman kepada Allah untuk berperang melawan kaum Amaliq. Salah seorang di antara mereka ada yang bertanya, “wahai Nabi Allah, mengapa harus tanah suci itu? Mengapa tidak tanah yang lain?”
Kemudian Nabi Yusya menjawab, “Tanah yang suci itu adalah tanah warisan kakek kalian, Ibrahim dan bapak kalian, Ya’kub. Baitul Maqdis adalah tanah setiap orang mukmin. Hanya orang berimanlah yang boleh tinggal di atasnya. Karenanya Allah memerintahkan kita untuk mensucikannya dan membebaskannya dari tangan para penyembah berhala. Seorang dari mereka ada yang berkata, “Baitul Maqdis akan menjadi milik kita sepanjang hajat”.

Nabi Yusya menekankan lagi kepada kaum Bani Israil, “Baitul Maqdis hanya akan menjadi milik orang-orang mukmin. Barang siapa yang kafir dan berbuat inkar kepada Allah sesudah memasukinya, maka Allah akan mencabutnya hak kepemilikan itu. Kalian sama sekali tidak berhak untuk mendudukinya apalagi memilikinya. Tanah suci itu hanya milik orang-orang yang beriman, tidak mendurhakai Allah, dan tidak mengubah firman-firman Allah”.
Atas kuasa Allah, tanah suci itu bisa direbut dengan kemenangan gemilang oleh kaum Bani Israil. Dan sebelum memasuki pintu gerbang Baitul Maqdis, Allah mewahyukan kepada Nabi Yusya agar Bani Israil memasukinya sambil mengatakan “Hiththah” (bebaskanlah), dan dengan posisi bersujud di atas tanah sebagai tanda bukti ketaatan pada Allah. tetapi di antara mereka ada yang memasukinya dengan mengatakan “hinthah” (gandum), sambil mengesot dengan pantat. Alangkahmemalukan dan senang mempersulit diri mereka itu.
Oh lihatlah, betapa mereka itu sangat ingkar dan durhaka kepada Allah dan Nabinya. Padahal baru saja mereka melihat nikmat kemenangan dibentangkan di hadapan mereka. Maka janji Allah itu pasti dan akan tetap berlaku. Mereka, ummat pembangkang dan pendurhaka, kapan pun, di mana pun mereka berada, kemana pun mereka pergi, mereka akan tetap menjadi kaum yang terusir. Jadilah sekarang, pembebasan dan pensucian Baitul Maqdis, Al-Aqsha, menjadi salah satu kewajiban yang tersisa di pundak kaum mukminin.
------------------------------------------------------------------------------------------
buah tangan i'tikaf 10 hari terakhir Ramadhan 1434H

Jumat, 14 Juni 2013

Muhammad Tercinta (5)









MUHAMMAD SAW PULANG KE MAKKAH

Nabi Muhammad kecil, tumbuh luar biasa, berbeda dari teman sebaya.
Lemah lembut perangainya, sopan santun tutur bahasanya.
Pun begitu, beliau tak pernah membeda-beda.
Bersama sebayanya, beliau senang menggembala domba ke bukit rumput gurun sahara.
Suatu hari ketika sedang menggembala,
Saudara sepersusuannya, Abdullah, mendapati Muhammad tiada.
Hilang entah kemana. Tanpa diketahui banyak orang,
Muhammad kecil dibawa oleh dua sosok bercahaya.
Dibelah dadanya, diambil hatinya, dibasuh dengan air dari mata air surga
Dalam cawan piala sebening kaca.
Setelah itu hatinya dikembalikan ke tempat semula.
...
Begitulah,taklama berselang, sejak peristiwa penyusian hatinya,
Muhammad kecil dipulangkan ke kampung halamannya.
Kembali ke pangkuan Aminah, ibunda tercinta.
Berat nian bagi Halimah melepasnya.
5 tahun sudah kebersamaan mereka.
Meninggalkan kesan kasih sayang yang mendalam.
....


SAAT IBUNYA MENINGGAL

Setahun kemudian, Aminah mengajak Muhammad ke Madinah.
Mereka akan berkunjung ke saudaranya dari Bani Najjar,
Sambil berziarah ke makam sang ayah, Abdullah bin Abdul Muthalib.
Dalam perjalanan pulang ke Makkah, kesehatan Aminah melemah.
Ditambah badai pasir yang melanda, memaksa mereka mencari perlindungan sementara.
Ummu Aiman, khadimat mereka, membawa Aminah ke desa Abwa.
...
Ooh... kondisi Aminah semakin lemah.
Pun begitu, Aminah tak merasa gundah dan tetap pasrah.
Setelah memberi sedikit amanah pada belahan jiwanya, Muhammad,
Agar jangan sedih dan resah, meskipun hidup tanpa ibu tanpa ayah.
Karena Muhammad, ada dalam perlindungan dan pemeliharaan Sang Maha Pemurah.
...
Duhai... suratan takdir pun tak bisa dicegah.
Aminah meninggal sudah, berkalang tanah di desa Abwa.
Dalam naungan duka lara, ummu Aiman membawa pulang Muhammad
Ke pangkuan sang kakek, Abdul Muthalib.

Senin, 03 Juni 2013

Isra Mi'raj dan Palestina



SURAT CINTA UNTUK PALESTINA
Menjumpai: Saudara-saudara muslim sedunia

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuuh…
Apa kabar saudaraku, fillah? Semoga rahmat  dan berkah Allah senantiasa tercurah padamu. Semoga taufik dan hidayah tetap terpelihara atasmu. Semoga sakinah, mawaddah, dan rahmah selalu menaungimu. Semoga shalawat serta salam senantiasa terlimpah pada akhirul anbiya, Muhammad saw., kepada ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, sampai pada kita ummat akhir zaman yang sangat mengharapkan syafaatnya. Mari aminkan sama-sama!
Saudaraku, ku layangkan surat ini sebagai tanda cinta untuk saudara-saudara kita di belahan bumi PALESTINA. Dalam bentuk apa pun, dilihat dari segi mana pun, PALESTINA banyak berbeda dari negeri kita. Namun satu hal yang sama, dan aku tahu itu, bahwa di seluruh dunia, ada satu, sepuluh, seratus, seribu, bahkan sejuta suara yang sama. Suara yang mendukung perjuangan rakyat PALESTINA. Suara yang mengecam keras kekejaman, kekejian, dan kebiadaban zionis Israel.
Dengarkan saudaraku, fillah, dulu sekali, tanah PALESTINA pernah ditaklukkan oleh Asyria, Babilonia, Romawi, dan Persia. Dan setelah Romawi takluk di bawah kekuasaan Islam, PALESTINA jatuh ke tangan kaum muslim di bawah kepemimpinan Umar bin Khathab tanpa sikap arogansi, tak ada pertumpahan darah dan pengusiran. Padahal bangsa Arab lebih mereka takuti daripada bangsa Romawi dan Babilonia yang kejamnya tiada dua. Saat itu, di bawah pemerintahan kaum muslim, Islam, Yahudi, dan Nasrani hidup berdampingan. Inilah penaklukan pertama PALESTINA yang terjadi dengan sangat damai. Meskipun begitu, Yahudi tetap tidak menyukai dan mengakui kerasulan Muhammad dan ajaran yang dibawanya. Cikal bakalnya, karena Nabi akhir zaman yang tertera dalam kitab Taurat, yang telah lama mereka nanti-nantikan kedatangannya, terlahir bukan dari kalangan Yahudi. Padahal sebelumnya, banyak sudah di utus para Nabi dari kalangan mereka sendiri.
Kepemimpinan Islam di tanah PALESTINA berlangsung cukup lama. Seperti lamanya kebencian Yahudi yang mengakar kuat menghujam sukma. Mereka, kaum yahudi dan sebenarnya nasrani juga, tak ambil peduli apakah kita ummat islam akan ikut ajaran mereka dan murtad dari islam. Mereka sudah sangat senang jika kita jauh dari ajaran Islam. Lantas mengapa sekarang semakin merajalela? Mari kita berkaca, suara yang kita bawa, mengapa tak menggema di telinga mereka? Kalah oleh gaung peluru tak bermata dan mesiu yang mendera. Mari kita meraba, telinga kita pun tak cukup peka mendengar isak tangis dan jerit kesakitan mereka. Mari kita membaca, jangan-jangan, tanpa kita sadari, kita telah berdamai dengan Yahudi dan serentetan konsfirasinya yang nyaris tak terasa tak terbaca. Mari kita melihat samping kiri kanan kita, depan belakang kita, maka kita akan terhenyak terbelalak. Pakaian kita, dandadan kita, makanan kita, hunian kita, mainan kita, jajanan kita, tontonan kita, hiburan kita, bahkan pendidikan kita, berkiblat pada siapa?
Mungkin di antara kita ada yang bertanya,  apakah ke tengah-tengah perjuangan rakyat palestina, Allah tidak berkenan mengutus malaikatNya yang akan menjadi tentara melawan ummat Yahudi? Seperti halnya Allah mengirimkan sepasukan malaikat di perang Badar, perang Hamra’ul Asad, perang Khandak, dan banyak lagi perang-perang dengan kemenangan gemilang. Barangkali Allah telah mengutus pasukan malaikat itu, tetapi mungkin, para malaikat itu lupa bagaimana wajah muslim yang sebenarnya. Malaikat itu bingung mengenali penampilan mereka yang telah menjadi samar. Malaikat itu tak tahu membedakan mana kawan mana lawan, karena warga sipil mereka, nyaris sama di mata malaikat.
Jadi begitulah saudaraku, fillah, jika senjata kita tak punya, sumbangan uang pun tak seberapa, maka apa lagi yang bisa kita derma untuk mereka? Selain untai doa, atas nama cinta, mari kita jaga dan pelihara izzah dan kekaffahan Islam kita. Jika itu pun telah tiada, maka malulah kita. Jika Israel menggempur kita dengan atas nama Adonai Yahwe Tuhan orang Yahudi, maka kita pun harus berjuang atas nama Allah swt. Jika israel menyerang kita dengan mengusung Yudaisme, maka kita pun harus berjuang bermotifkan Islam. Jika israel memerangi kita atas dasar Taurat dan Talmud kitab orang Yahudi, maka kita pun harus berjuang dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika Israel mengibarkan panji Musa, maka kita harus berjuang dengan mengibarkan panji Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Jika Israel ingin membela tembok ratapan Haikal Sulaiman, maka kita harus berjuang untuk membebaskan Al-Aqsha. Jika Yahudi Israel menyerukan pada pasukannya: “kalian bangsa pilihan”, maka serukanlah pada pasukan muslim: “Kuntum khairah ummah ukhrijat linnas”, kalian adalah ummat terbaik yang Allah turunkan di antara manusia.
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…
La haula wala quwwata ilabillaah… 

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuuh…
Dengan segala cinta, fillah…lillah…
--------------------------------------------------------------------------------
Sejatinya pada momen Isra Mi'raj kali ini kita mesti kembali tersadar akan kewajiban kita terhadap Palestina yang disinggahi Rasululloh sebelum ke Sidratul Muntaha....

Selasa, 14 Mei 2013

KALA MEREKA TIDUR




Jagoan-jagoan dan tuan putri kami sedang tertidur lelap. Memandang mereka di kala tidur, sering menimbulkan titik bening di cermin mata kami. Ada perih yang menoreh, ada sesal yang menjalar. Ketika kami sadari, bahwa kami belum bisa menjadi tumpuan kasih dan muara cinta bagi mereka, sepenuhnya.
Kami akui, pundak kami masih jarang sejajar dengan tingginya saat kami menegurnya. Padahal ia harus jua dihormati. Masih sering memarahinya di depan orang lain, padahal ia juga ingin dihargai. Tak jarang sampai menghakimi kesalahannya, padahal mungkin itu dilakukannya karena ia belum mengerti. Sering kesal  saat meladeninya, padahal ia belum bisa lakukan semuanya sendiri. Lebih banyak melihat hasil daripada proses yang sedang ia pelajari.
Dan masih banyak hal lagi, yang membuat kami jadi malu sendiri.  Belum bisa menjadi umi dan ibu yang pantas diteladani. Masih ringkih mengajaknya susuri jalan Ilahi. Masih rapuh mengajaknya telusuri keelokan negeri para Nabi.
Saat mentari pagi belum bersinar, mereka lebih dulu bersinar di langit hati kami. Membagi senyum cerianya di pagi kami. Menghapus mendung di wajah sendu kami. Menorehkan lengkung pelangi di bibir kami. Mengecupkan rona mawar di kedua pipi. Menebar hangat di bekunya qalbu kami.
Dan itu dipancarkannya dengan ikhlas, jujur, tanpa paksaan, tak terbebani oleh pikiran: “Apa gerangan yang membebani umi,dan abi hari ini?”. Sekalipun ada sembab di mata umi mereka tak perlu tahu apa yang terjadi. Senyuman, sapaan, rangkulan, pelukan mereka di pagi hari, mewarnai semangat kami meraih mimpi. Satu hal yang perlu mereka tahu: bahwa kami semua ada, untuk berbagi dan dibagi.
Anak-anakku, sayang, marilah kemari…

CICAK DI DINDING

Anakku lagi tidur nyenyak.
Tak terasa waktu kian beranjak.
Setiap detik tak henti berdetak.
Sejenak, dua jenak, Tik tak tik tak tik tak…
Saat ia masih merangkak, semuanya ingin diacak-acak.
Buku-buku dikeluarkannya dari rak, satu per satu disusunnya berarak-arak.
Kini ketika ia makin mantap bergerak, langkahnya menghentak-hentak.
Menjadi sangat antusias jika mendengar suara cicak: ck ck ck ck ck ck…
Ap…ap! Begitu serunya sambil menandak-nandak.
Perut gendutnya jadi terlihat makin bengkak.
Memang bajunya sudah banyak yang sempit sesak.
Dan dalam sekejap, ia menyanyikan lagu cicak:
Cikcak cikcak dingdingding (cicak cicak di dinding)
Iam iam ayap (diam-diam merayap)
Atang ekol amuk (datang seekor nyamuk)
Ap ap, alu engkap (hap hap, lalu tangkap)

*) begitulah dinyanyikannya saat ujarannya masih cadel. Anakku senang sekali melihat cicak, dan kupikir setiap anak senang melihat cicak yang merayap di dinding. Biasanya cicak dijadikan sebagai media untuk pengalihan perhatian jika anak rewel dan menginginkan sesuatu. Dan itu pula yang terjadi padaku. Lantas aku berpikir, cicak bisa jadi ajang pengenalan tauhid pada anak. Maka, jika ada cicak yang sedang kejar-kejaran, aku pun berujar:

Subhanallah…  lihat, nak! Ada cicak di dinding dan di atap.
Cicak makhluk merayap, menangkap makhluk bersayap.
Hap-hap, nyamuknya disantap, sedap.


Minggu, 28 April 2013

Bait Ziarah ke Makam Ustadz Jefri















MENYAPA KEMATIAN

Siap mati? Mati itu pasti! Setiap yang hidup pasti mati. Kita tinggal menghitung hari.
Mau lebih dulu anak, istri, atau suami, itu terserah pada Sang Pemilik Diri.
Untuk itu harus senantiasa mawas diri. Karena waktu tak pernah berhenti.
Kita semua sedang antri menanti. Semoga malaikat maut datang dengan wajah berseri.
Karena itulah sebaik-baik kedatangan mati.
Semoga malaikat maut tak datang dengan cambuk bergerigi.
Karena itulah seburuk-buruk kedatangan mati.
Untuk mati, tak perlu risaukan rizki yang belum pasti.
Bukan pula gelar dan pangkat yang harus dimiliki.
Untuk mati, syahadat segera perbaharui.
Untuk mati, sholat jangan dinanti-nanti.
Untuk mati, tilawah quran senantiasa setiap hari.
Untuk mati, dzikir setia dalam hati.
Untuk mati, shadaqah tak kenal henti.
Untuk mati, shaum jadi perisai suci.
Untuk mati, taqwa menjadi sifat diri.
Itulah sebaik-baik bekal untuk mati, dan untuk hidup setelah mati.
Demi berjumpa Sang Kekasih sejati pujaan hati.
Maka untuk mati, saat ini… berapa kali kita bicara tentang mati dalam sehari?
Mari bicara mati. Mulai dari diri sendiri. Mulai saat ini.
Mulai ajak anak dan suami, menyapa kematian, lebih dini.
Karena dengan ingat mati, kita telah menjadikan diri kita cerdas.
Begitu sabda Sang Nabi.

Jumat, 19 April 2013

SEJATINYA KARTINI, ADALAH NURANI


Duhai kaum wanita pujaan hati, izinkan aku berpuisi. Seandainya aku Kartini, menemuimu dari abad yang telah lama mati. Memanggil Kartini di hatimu sendiri. Karena sejatinya Kartini, adalah nurani.
Bukan pada peringatan upacara hari jadi Kartini. Karena ternyata itu tidak menjadikan solusi. Pada serentetan masalah yang terjadi di masa kini.
Dengarlah nyanyian Kartini, melagukan ia putri sejati. Tetapi kalian belum paham teladan yang ingin aku beri.
Dengan mengatasnamakan emansipasi, seolah istri berhak menjadi bos bagi suami. Sehingga tak jarang suami takut pada istri.
Bagi sebagian ibu untuk kasus tertentu, sering memuaskan anak hanya dengan materi. Dan membiarkan anak lebih dekat dengan bibi.
Menyilakan remaja putri berkeliaran dengan dada dan pusar terbuka di sana-sini. Melumrahkan mereka bergandengan dengan lelaki yang bukan suami. Membolehkan pulang sampai pagi, dan akhirnya pernikahan dini. Bahkan tak sedikit yang lakukan aborsi.
Oh jika itu yang terjadi, aku sedih tak terperi. Padahal emansipasi, berarti mengerti peran diri dan fitrah insani. Seperti dalam laguku, jadilah kalian putri sejati. Yang mengerti bagaimana diri harus berbagi, menempati harga diri luhur berbudi.
Sekali lagi, aku tak minta hari jadiku diperingati. Sampai harus berdandan kebaya ala putri. Apalagi hanya untuk sekedar lomba merangkai bunga dalam guci.
Cukuplah kau menjadi bunga pujaan hati bagi suami dan putra-putri. Laksana bunga mawar yang indah berseri. Ia penuh dengan duri, bukan untuk menyakiti, tetapi untuk menjaga diri.
Panggillah Kartini di hatimu sendiri. Karena sejatinya Kartini, adalah nurani.

Rabu, 17 April 2013

RUMAH MANIS RUMAH













Insya Allah…
Saat Allah memberi amanah rumah, kami ingin rumah yang mernah.
Berdiri di tanah merah dengan mata air yang melimpah ruah.
Bak airnya harus dua kulah, agar tumaninnah untuk ibadah.
Tinggal di lingkungan yang ramah dan dekat rumah Allah.
Rumahnya tak perlu megah, perabotan pun tak usah mewah.
Agar tamu yang datang tak merasa jengah, para tetangga pun tak urung singgah.
Harus ada saung buku dan majalah, agar siapa pun merasa betah.
Jangan lupa sisakan lahan untuk anak-anak bermain galah, sondah, dan bahkan belajar memanah.
Tentu saja, saung ilmu, untuk anak-anak sekolah di rumah.
Juga sepetak tanah untuk menanam rempah dan buah.
Anakku bilang, tambahkan juga kandang sapi perah dan sarang madu lebah.
Agar tiap hari bisa minum minuman yang berkah.
Ini juga penting, gali lubang agak dalam di belakang rumah, untuk membakar sampah.
Subhanallah… indah…
Rumah, yang bisa mengantarkan kami pada jalan ishlah:
Imaniyah, ubudiyah, muamalah, muasyarah, dan akhlakul karimah.
Rumah, yang menjadi jalan tersebarnya taufik, hidayah, innayah.
Rumah, yang menjadi naungan sakinah mawaddah warahmah.
Rumah, yang bisa mencetak da’I da’iyah, hafidz hafidzah, ‘alim ‘alimah, ‘abid ‘abidah, zahid zahidah, murabi murabiyah, khadim khadimah.
Masya Allah… Alhamdulillah… Barakallah…
Amin ya Rabbal ‘alamiin.
------ harapan duo ontie pisan ------

Senin, 15 April 2013

:Milad Ibu:

Ade: Besok ibu akan berulang tahun loh!
Aa: Oh...iya...hampir lupa. Kita mau kasih hadiah apa ya? ....Wah kalo harus membeli sesuatu, Aa tidak bisa :-( 
Ade: Kita pikirkan yg gratis saja. Hehe...ade jg ga punya uang A. Tabungan kita kan tidak boleh diambil sebelum kenaikan kelas.
Aa: Ya sdh, nanti kita pikirkan lagi malam hari. Skrg kita hrs mandi sore lalu mengaji....

Kira2 Aa dan Ade mau kasih hadiah apa ya buat ibu?.... Silakan baca komik BiKi selengkapnya....



Senin, 01 April 2013

SAAT ANAK KITA LAHIR, DUNIA MENGENAL APA?

Saat Rasulullah saw. lahir, dunia mengenal Islam sebagai rahmat bagi alam semesta; dunia mengenal suri teladan paling baik; dunia mengenal manusia paling mulia; dunia mengenal mukjizat Al-Quran.
 Saat Abu Bakar Ash-Shiddiq lahir, dunia mengenal Khulafaur Rasyidin yang pertama. Saat Imam Bukhari  lahir, dunia mengenal kumpulan Hadits shohih. Saat Bilal bin Rabah lahir, dunia mengenal muadzin terbaik yang pernah ada. Saat Ibnu Sina lahir, dunia mengenal ilmu kedokteran. Saat Harun Yahya lahir, dunia mengenal Al-Quran lewat sains. Saat Hasan Al-Banna lahir, dunia mengenal pergerakan Ikhwanul Muslimin. Saat Sayyidah Khadijah binti Khuailid r.anha.,lahir, dunia mengenal istri pertama Rasulullah saw. dan sahabiyah pertama yang beriman pada Allah Swt.. Saat Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq r.anha lahir, dunia mengenal istri kecintaan Rasulullah saw.. Saat Fatimah Az-Zahra binti Muhammad r.anha lahir, dunia mengenal putri kesayangan Rasulullah saw.. Saat Maryam binti Imran lahir, dunia mengenal sebaik-baik wanita penghuni surga. Saat Asyiah istri Fira’un lahir, dunia mengenal bidadari surga yang ada di bumi. Saat Hajar bunda ismail lahir, dunia mengenal ibadah Sa’I dari bukit Shafa ke bukit Marwah, dunia mengenal sumur zamzam yang mengalir abadi. Saat Muthi’ah isti Bilal bin Rabbah lahir, dunia mengenal wanita pertama yang memasuki surga. Saat Rabi’ah Al ‘Adawiyah lahir, dunia mengenal sufi wanita. Saat Khansa lahir, dunia mengenal penyair wanita terbaik. Saat Yusuf Qardawi lahir, dunia mengenal fiqih prioritas dan kontemporer. Saat Syaikh Ahmad Yasin lahir, dunia mengenal Hamas. Saat Syaikh Maulana Ilyas lahir, dunia mengenal usaha dakwah. Saat Syaikh Maulana Zakariyya lahir, dunia mengenal kitab Fadhail Amal. Saat Al-Biruni lahir, dunia mengenal ilmu astronomi. SAAT ANAK KITA LAHIR, DUNIA MENGENAL APA?

Saat Helvi Tyana Rosa lahir, dunia mengenal Forum Lingkar Pena. Saat Gola Gong lahir, dunia mengenal Rumah Dunia. Saat Sapardi Djoko Damono lahir, dunia mengenal musikalisasi puisi. Saat Bimbo lahir, dunia mengenal pop religi. Saat Aa Gym lahir, dunia mengenal Manajemen Qalbu. Saat Raihan lahir, dunia mengenal nasyid. Saat Emha lahir, dunia mengenal Kyai  Kanjeng. Saat Hadad Alwi lahir, dunia mengenal Cinta Rasul. Saat Roma Irama lahir, dunia mengenal raja dangdut. Saat Habibie lahir, dunia mengenal IPTN. SAAT ANAK KITA LAHIR, DUNIA MENGENAL APA?

Saat Inul lahir, dunia mengenal goyang ngebor. Saat Zarima lahir, dunia mengenal ratu narkoba. Saat Krisdayanti lahir, dunia mengenal diva pop indonesia. Saat Justine Pasek lahir, dunia mengenal Miss Universe. Saat Siti Nurhaliza lahir, dunia mengenal diva pop Asia. SAAT ANAK KITA LAHIR, DUNIA MENGENAL APA?   
---------------------------------------------------------------------------
Saat kau lahir wahai anakku Iqlima Hishna Medina...ibu berkenalan dengan sulitnya kepengurusan akte kelahiran di Indonesia. Hehehe....

Senin, 25 Maret 2013

Muhammad Tercinta (4)

KETIKA MUHAMMAD SAW KECIL DINAUNGI AWAN

Saat itu, dusun Bani Sa’ad dilanda kemarau panjang
Yang sangat menyiksa dan menyengsarakan.
Udara gersang, tanah meranggas, dedaunan berserak, mata air kering kerontang.
Musim kemarau itu, membuat ternak-ternak menjadi kurus.
Tapi tidak! Tidak sama sekali, untuk ternaknya Halimah.
Domba-dombanya tetap segar bugar, dan menghasilkan susu berlimpah.
Maha Suci Allah yang memberi keberkahan itu.
...
Dan Muhammad kecil, tak pernah mengeluh.
Panas yang melepuh,tak membuatnya bersimbah peluh.
Ooh... bagaimana bisa begitu? Karena kemanapun Muhammad melangkah, 
Segumpal awan selalu menaungi, menjadikannya teduh.
Ooh... sungguh!
...
Suatu hari, penduduk Bani Sa’ad berkumpul di tanah lapang, berdoa meminta hujan.
Halimah menyertakan Muhammad dalam kumpulan itu.
Lalu tiba-tiba,tak lama setelah berdoa,
Gumpalan awan yang menaungi Muhammad, berarak-arak, bergumpal-gumpal.
Semakin tebal, semakin hitam. Dan... tes tes tes.
Rintik rinai murni turun ke bumi. Deras, deras, semakin deras.
...
Duhai... bahagia nian. Kampung kembali subur makmur.
Penduduk pun bersyukur, sepenuh penuh syukur.
Alhamdulillah!  

Jumat, 08 Maret 2013

MUSIM LAYANG-LAYANG





Musim kemarau tiba. Hari pun selalu cerah ceria. Anak-anak senang dengan suasana yang ada. Musim kemarau, berarti musim menerbangkan layang-layang ke angkasa.
Anakku masih belum bisa berjalan saat itu. Dan sepertinya acara makan siang menjadi penantian yang seru. Sambil duduk di roda, aku membawanya ke sudut teras rumah yang teduh.
Wajahnya sumeringah. Senyumnya rekah, saat melihat sekawanan anak ayam bersama induknya yang sedang memakan remah-remah. Pun saat melihat kepak sayap burung dan mendengar kicauannya yang riuh rendah. Seolah burung itu menyapanya dengan ramah. Dan ia tersenyum geli, saat melihat semut yang bergerombol di dinding rumah.
Tak jauh dari teras rumah ada tempat pembuangan sampah. Di sampingnya ada sebidang tanah, yang sering dipakai anak-anak mengulur layang-layang sepulang sekolah. Mula-mula layang-layang terbang rendah. Lama-lama makin tinggi dan terlihatlah. Beraneka layang-layang dengan warna dan corak yang indah.
Itulah pemandangan yang ditunggu-tunggu oleh anakku. Ia bertepuk tangan sambil berseru-seru. Dan aku seolah tak jemu menyanyikan sebuah lagu dengan nada yang sembarang mau dan sebenarnya jauh dari merdu. Duh aku jadi malu…
Layang-layang terbang melayang
Di angkasa yang luas terbentang
Wahai angin cepatlah datang, berhembuslah kencang
Duhai kawan, ulur benang panjang-panjang
Terbangkan layang-layang, setinggi gunung menjulang
Jika senja menjelang cepatlah pulang
Dengarlah adzan berkumandang, segeralah bersembahyang
Jika esok mentari bersinar terang, kembalilah ke tanah lapang
Rame-rame terbangkan layang-layang



*)ketika anakku sudah beranjak besar, ia tak hanya duduk-duduk memandang layang-layang.  Ia mulai mencoba menerbangkannya, meskipun belum bisa dan belum pernah layang-layangnya benar-benar terbang. Walau belum bisa mengulur benang panjang-panjang, ia terlihat sangat senang. Dan yang membuatku tenang, ketika adzan berkumandang, ia memang segera pulang dan lekas bersembahyang. Setelah itu ia mulai berceloteh riang, tentang layang-layang.
Lihatlah, anakku sayang, layang-layang yang terbang melayang
Di langit yang luas terbentang, setinggi gunung menjulang
Ditiup angin yang berhembus kencang.
Dengarlah, anakku sayang, ada benda yang lebih hebat dan berat daripada layang-layang
Ia pun bisa terbang melayang tanpa terguncang
Ialah pesawat terbang, yang terbuat dari besi yang dirancang.
Ingatlah, anakku sayang, janganlah ragu dan bimbang
Yang Maha Hebat adalah Allah yang Maha Penyayang.
Camkanlah, anakku sayang, janganlah sombong bersarang sekuat karang
Karena Allah Sang Penyayang, bisa membuat pesawat terbang terguncang
Hancur berkeping terbuang sayang seperti  kulit kacang
Pun nyawa para penumpang, hilang melayang.
O amat teramat sayang.

Senin, 04 Maret 2013

Timun Mas (Golden Cucumber)


Okay children, today let us listen to Miss Snow White's story. It's called as Timun Mas or Golden Cucumber...............


There once lived an old widow whose name was Mbok Sarni. Everyday she spent her time alone, because she did not have any children. She really wanted to have children to live with her, so that they could help her.
One day, Mbok Sarni went to a forest  to look for firewood. On the way to the forest she met a very very big giant. The giant asked her about her destination. And after he had heard her answer, the giant told her to give him a child for his meal before continuing her trip.
Because she had no children, she could not give him a child. After the giant had heard that Mbok Sarni actually wanted to have children, he told her to take cucumber seeds he gave. She had to plant the seeds, in two weeks she would get a baby girl from the cucumber she had planted. But when the child was six, the giant would come to take her for his meal. That time Mbok Sarni agreed with that.
Two weeks later, Mbok Sarni’s garden was full of cucumbers. Mbok Sarni took the biggest cucumber and cut it into two. She was very happy to find a baby inside, a very beautiful baby girl. She named her “Timun Mas” which meant “Gold Cucumber”.
Day after day Timun Mas grew up. Mbok Sarni was very glad to realize that she was not alone anymore. She could work faster because Timun Mas always helped her.
Uncounsciously, the time had come for the giant to pick up Timun Mas. Mbok Sarni asked the giant to give her more two years to make her bigger and fatter. She said to the giant that the fatter and the bigger Timun Mas was, the more delicious she would be. The giant thought that what she said made  sense to him. And he believed Mbok Sarni, so he decided to come back again in two years.
Two years was not a long time. That was why Mbok Sarni was so worried about it. Until one day, Mbok Sarni had a dream. In her dream, she was told to send Timun Mas to a hermit at a mountain. Soon after she had woken up, she asked Timun Mas to go to the mountain to meet the hermit.
When Timun Mas said to the hermit about the reason she wanted to meet him, he told her to take four small pouches with her. Every pouch contained a different thing. The first one was for cucumber seeds, the second one was for needles, the third one was for salt, and the last one was for terasi 1). Timun Mas had to throw them one by one to the ground just in case she was chased by the giant.
The giant’s second arrival made Mbok Sarni get on her knees to beg him to let Timun Mas live, because Mbok Sarni loved Timun Mas very much as if she was her own daughter. Mbok Sarni said to the giant to replace Timun Mas with herself. But the giant ignored her and he became furious. He said to Mbok Sarni angrily that she had to give him Timun Mas right away.
Timun Mas did not want Mbok Sarni to cry any longer, so she decided to come out from her hiding place. When the giant had seen Timun Mas, he chased her. So she ran as fast as she could. When the giant had gotten closer to her, she threw the cucumber seeds on the ground. Suddenly, the ground became a cucumber plantation. The cucumber trunks wound around his body, so he could not move for a while. But after he had broken the trunks, he chased her again. Because the giant had long legs, he could get closer to her easily. She was very surprised, so she threw the needles on the ground. The needles changed to be bamboo trees. Those bamboo trees were very tall and sharp. They wounded his feet. But the giant did not care about that. With the bleeding feet, he still chased her. Timun Mas did not believe it, but she could not stop running. She threw the salt on the ground. At the same time the ground became a very wide and deep lake. Unfortunately the giant could still run in that lake as fast as on the ground. She felt no hope anymore. But she kept running. She still held a pocket of terasi on her hand. It was her last hope. So she threw the terasi on the ground. In a second, that terasi turned into a lake of boiling mud. This time, the giant could not stand the heat. He fell into the mud and died in it. She was relieved to know that. Timun Mas said to herself, “If the hermit had not given me that terasi, I would have died.”
Timun Mas thanked God to have escaped from mortal danger. And finally, Timun Mas and Mbok Sarni could feel free to live. They lived happily and peacefully for the rest of their lives. 


1) salted, fermented fish or shrimp paste.

Selasa, 19 Februari 2013

Berpetualang Bersama Anak-anak Kita

Yuk Iqlima dan Hawari...kita nyanyi sambil jalan-jalan dengan Keluarga Kang Abdul dan Kang Zaka 













KELILING DUNIA
Syair & lagu: Sandi Prakarsa

Asia… Afrika… Eropa… Amerika Australia
Di dunia ada lima benua
Daratan dan lautan berkoloni menjadi negara
Negara dan kawasan membentuk benua

Allah berkuasa menghamparkan daratan
Dan membentangkan luas lautan
Menaungi dengan awan
Menyirami dengan hujan
Meniupkan musim yang beragam
Subhanallah…
Ayo berkeliling
Ke seluruh benua
Menyaksikan kehebatan Allah
Berkunjung ke belahan dunia…
Asia… Afrika… Eropa… Amerika Australia

Ayo anakku sayang, kita keliling dunia. Tak usah pakai balon udara, hanya berdiri di depan peta.
Lihatlah betapa Allah Maha Kuasa, ada tujuh keajaiban dunia:
Candi Borobudur di Indonesia, ada tembok raksasa di Cina, lalu Taj Mahal di India, dan di Mesir ada Piramida, ada juga Menara Miring di Roma, kalau Coloseum adanya di Eropa, nah kalau di Paris, ada Menara Eiffel yang menjulang ke angkasa.

Sebenarnya tak hanya itu, sayang. Kalau diceritakan teramat panjang.
Tapi tak mengapa, biar sedikit kuceritakan, agar kau tak penasaran.
Insya Allah, jika kau besar nanti, kau kan saksikan itu sendiri.
Keliling dunia, tak hanya berdiri di depan peta.
Pergi ke seluruh alam, sambil mengemban risalah Islam.
Jika kau pergi ke Amerika, di sana ada kota California. Kau tahu, Cinta, zaman dahulu kala, ada seorang sahabat yang berdakwah ke sana. Namanya, Khalifah Al-Qarni. Konon, orang sana kesulitan mengeja kata “Khalifah Al-Qarni”, maka disebutlah kota itu “California”, diambil dari kata “Khalif Qarni”.
  Jika kau pergi ke Afrika, di sana ada pulau Madagaskar. Kau tahu, Cinta, zaman dahulu kala, ada sahabat yang berdakwah ke sana. Madagaskar itu sebenarnya diambil dari kata “Madinatul Asghar”, Madinah. Penduduknya 100 % beragama Islam dan menjalankan kehidupan Islami.
Jika kau pergi ke Eropa, di sana ada semenanjung Andalusia. Kau tahu, Cinta, di sana ada gunung karang tinggi menjulang bernama “Gibraltar”. Gibraltar itu sebenarnya adalah “Jabal Thariq”. Zaman dahulu kala, ada seorang Panglima Perang Islam yang membawa pasukannya ke sana untuk menaklukkan Andalusia. Dialah Thariq bin Ziyad, penakluk gunung.
Oh duhai, akan terlalu lama jika kucerita semua. Biar kusudahi saja. Insya Allah di lain masa, kita kembali bercerita:
Tentang kerajaan megah Nabi Sulaiman as, tentang tembok tembaga kaum Ya’juj Ma’juj di zaman raja Dzul Qarnain, tentang negeri Afsus dan gua Ashabul Kahfi, tentang bangunan Petra di Yordania, gunung dan tebing batu yang dipahat di zaman kaum Tsamud, tentang gua Vietnam yang terbesar dan terpanjang di dunia.
Oh… tentang apa lagi, Umi? Di mana lagi? Kemana lagi kami harus pergi?
Oh… ke seluruh alam, anakku sayang.
Akan ada banyak kota dan negara yang harus kau singgahi, banyak pulau yang harus kau masuki, banyak tebing dan gunung yang harus kau daki, banyak gurun pasir dan sahara yang harus kau lewati, banyak sungai dan lautan yang harus kau sebrangi, banyak lembah dan ngarai yang harus kau turuni, bahkan kutub salju yang harus kau terobosi, banyak masjid yang harus kau jiarahi, banyak orang yang harus kau jumpai dan salami, banyak rahasia Allah yang harus kau singkapi, banyak peristiwa yang harus kau tangisi, banyak jejak yang harus kau susuri, banyak rumah yang harus kau kunjungi, banyak hal yang harus kau syukuri…


Oh… dengan apa kami harus pergi, Umi?
Anakku, kau berjalan dengan kaki telanjang, maka Allah jua yang akan memberimu kendaraan.
Oh… dengan siapa kami harus pergi, Umi?
Pergilah bersama orang-orang yang telah Allah beri petunjuk dan Allah beri nikmat iman. Pergilah bersama orang-orang yang senantiasa ruku’  dan menjaga takbiratul ‘ula bersama imam.
Oh… apa yang harus kami bawa serta, Umi?
Bawalah serta mutiara iman di hati dan tongkat estapet risalah suci para Nabi. Estapetkan risalah itu pada orang-orang yang kau temui di tempat-tempat yang kau kunjungi.
Dan biarkanlah, sinar keikhlasan memancar di langit hatimu.

Senin, 18 Februari 2013

Muhammad Tercinta (3)

SUASANA PASAR ANAK-IBU SUSU DI MAKKAH











Kemari, sobat! Aku akan memperlihatkan sesuatu padamu.
Lihat di sana! Tempat apa itu? Ada yang tahu?
Pasar? Betul sekali! Tapi itu bukan sembarang pasar.
Itu, pasar anak-ibu susu di Makkah.
Banyak ibu-ibu dari perkampungan dan desa di pegunungan yang datang ke sana.
Mereka mencari tambahan nafkah dengan menjadi ibu-susu.
Dan kebiasaan di Makkah saat itu, bayi yang lahir disusukan pada perempuan yang tinggal di lingkungan yang sehat, bersih, dan ramah.
Termasuk dari perkampungan Bani Sa’ad, yang terletak di bukit selatan kota Tha’if.
Di sanalah keluarga Halimah tinggal.
...

TUTUR KALDUN

Seperti yang kalian tahu, aku keledai tua dan lemah.
Aku membawa tuanku, Halimah, ke pasar anak-ibu susu di sana,
Untuk mencari anak angkat orang Makkah.
Kami terlambat tiba di sana.
Ibu-ibu yang lain sudah mendapatkan anak angkatnya.
Putra bangsawan atau saudagar kaya.
Halimah sedih karena tak ada yang memilihnya.
Saat kami hendak kembali ke rumah, Tuan Abdul muthalib berbicara dengan ramah.
Beliau menawarkan cucunya yang tanpa ayah, dengan bayaran yang murah.
Bagi Halimah tak masalah.
Demi melihat wajah Muhammad bayi yang sumeringah, ia jatuh hati sudah.
Aku pun membawa mereka pulang, dengan gagah.
...


ITULAH suasana pasar anak-ibu susu di Makkah.
Banyak ibu-ibu dan suami-istri yang bertransaksi
Untuk memilih dan mendapatkan anak angkat.
Saat itu,Aminah dan Abdul Muthalib pergi ke pasar itu.
Halimah menunggu siapa yang ingin menerimanya sebagai ibu susu.
Tetapi,tak ada seorang pun yang memilihnya.
Akhirnya, saat akan pulang, ia bertemu Abdul Muthalib.
Beliau mengatakan pada Halimah, mau memilih Halimah.
Tetapi hanya mampu membayar sedikit. Halimah setuju.
Karena,saat melihat bayi Muhammad, ia langsung jatuh hati dan ingin sekali menyusuinya.
Halimah dan suaminya lalu pulang ke kampungnya
Menunggang keledai tuanya, yang tiba-tiba berubah menjadi sangat kuat.
...

----------------------------------------------------------------------------------------
Nah...Kang Abdul, Kang Zaki, Hawari dan Iqlima...begitulah kisah bagaimana Muhammad saw dapat berjumpa dengan Halimatus Sa'diah, ibu susunya. Subhanallah ya.

Selasa, 12 Februari 2013

Sex Education for Children









--- Penasaran dia ---
 

Hawari putraku bertanya
Bunda
mengapa tubuhku berbeda dengan Iqlima,
adiknya
Bunda
mengapa ayah ada jakunnya
sedangkan bunda ada ASI-nya
Bunda
ayam kok ada telurnya
kok bunda ada bayinya
Bunda
kok kita malu ya kalau tanpa busana
sedangkan cicak tidak
Bunda
Bunda
Bunda
daaan....
Bunda
Hawari terus bertanya
sampai ia sampaikan penasarannya
Ayah sholat tak ada liburnya
mengapa Bunda ada hentinya
....
sambil berharap Allah tidak menyensor
aku berkata
karena pipis bunda ada darahnya
Bunda, sakitkah?
tidak Nak, hanya saja itu noda
yang tidak boleh lekat di atas mukena

Selasa, 05 Februari 2013

Ide Berkaki VS Kaki Beride


(Bukan Sekedar basa-basi)

SATU keresahan yang hadir di hatiku saat menulis ini hanya sederhana. Aku ingin menulis. Hanya itu, tidak lebih. Kakiku banyak yang beride, tapi hanya sedikit ideku yang berkaki. Sejauh kaki melangkah, selepas mata memandang, selalu ide,ide,ide, dan ide yang memenuhi ruang gerak dan logikaku.
Ketika pagi hari, aku tertarik menulis tentang mentari pagi. Beranjak siang hari, aku ingin menulis tentang langit biru dan awan putih. Memasuki sore hari, aku ingin menulis lembayung senja. Dan ketika malam tiba, aku ingin menulis tentang dewi malam dan kerlip gemintang. Sampai bertemu pagi lagi, ide itu belum juga berkaki.
Semasa kuliah dulu, aku menyediakan semacam buku catatan kecil yang sengaja kujilid rapi. Ceritanya buku itu untuk menuliskan ide-ideku. Kemana pun aku pergi selalu kubawa buku itu. Banyak ide yang aku tuliskan di sana. Maksudku, jika ada waktu luang, aku akan segera mengembangkan ide itu ke dalam tulisan. Entah itu artikel, essay, feature, opini, resensi, puisi, cerpen, atau bahkan novel.
Biasanya aku mendapat ide ketika aku berada di rumah kosanku, ketika berangkat kuliah, ketika berada di kampus, bahkan ketika aku berada di dalam bis kota. Aku sangat tertarik dengan ide-ide sosial, psikologi, seni, pendidikan, agama, sejarah, keluarga, anak, lingkungan, human interest.
Saat aku jalan-jalan atau pulang ke kampung halaman, aku melihat ide-ide bertebaran di mana-mana. Tentang penghuni lampu merah, tentang pemulung sampah, tentang anak jalanan, tentang pedagang asongan, tentang pengamen jalanan, tentang peminta-minta, tentang sopir angkot, tentang calo terminal, dan tentang-tentang yang lainnya.
Aku punya ide menulis tentang pendidikan ketika melihat bangunan sekolah yang roboh. Aku punya ide menulis tentang konsumerisme ketika melihat megahnya plaza-plaza. Aku punya ide menulis tentang lingkungan ketika melihat gunungan sampah. Bahkan setiap ada moment penting tak kulepaskan begitu saja. Semua hari besar agama dan nasional menyisakan begitu banyak ide.
Ketika itu, keasyikanku menyaksikan acara-acara di televisi, melewatkan beragam ide. Mulai dari film layar lebar, sinetron, tenenovela, musik, drama, mini seri, entertain, kuis, sampai iklan. Ide yang kusebutkan terakhir sudah berkaki. Aku cukup bangga, walaupun tak sebanding dengan kakiku yang beride.
Saat itu, aku menyukai perkuliahanku di ruang kelas. Terlebih jika aku harus terjun langsung ke lapangan untuk observasi suatu kasus. Ide-ide datang tanpa diundang. Tepat, lagi-lagi, ide itu belum juga berkaki. Semua materi kuliahku nyaris selalu memunculkan ide cemerlang. Dan siang hari dalam perjalan pulang menuju kosan, aku berniat menjalankan ideku agar kakinya tidak lumpuh.
Namun sesampainya di sana, hal itu kandas di kasur kapukku, lenyap di sepiring nasi bungkus, sirna dalam rutinitas tugas, dan larut dalam rendaman pakaian kotor. Ketika semuanya selesai, sisa-sisa kelelahanku begitu tertarik pada lambaian selimut tebal.
Entahlah, rasanya tangan ini kaku, bibirku kelu, otakku mampet, hatiku mandeg. Pena hitamku tak mampu kugerakkan. Kertas putih di hadapanku sepertinya sempit sekali untuk menampung ide-ideku. Sejenak kuhentikan rutinitasku, tak ada salahnya aku bertanya, apa yang terjadi denganku?
Kubuka jendela dan pintu kamarku, kutarik kursi belajarku, kuraih buku ideku, kubuka tutup penaku, kutarik nafas panjang. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Seraya berdoa, semoga Allah menajamkan mata pena batinku. Semoga Allah berkenan meminjamkan tanganNya sebentar dan mencurahkan ilmu dan hikmah untukku.
Tak ada pilihan yang lebih baik, selain segera menulis, saat itu juga. Walau hanya diawali dengan kalimat “aku ingin menulis tentang”, atau “aku tidak tahu harus memulai dari mana”, atau “aku tidak tahu apa yang harus aku tulis”. Walau hanya itu, yang penting kakiku yang beride harus bisa berjalan.
Karena hanya ada tiga syarat penting untuk menjadi seorang penulis, yaitu MENULISLAH, MENULISLAH, MENULISLAH! Seperti air, biarkan kata-kata mengalir, menemui tempat landainya. Ya, seperti yang kulakukan saat ini. Selamat menikmati. Semoga ada makna. 

Tell Me Your Dream



Ceritakan mimpimu padaku, anakku…
Mimpi apa kau semalam, nak?
Mimpi indahkah? Oh… mimpi memang bunga tidur.
Mimpi burukkah? Oh… janganlah kau ceritakan kala bangun tidur.
Mungkin kau lupa membaca doa sebelum tidur.
Semoga suatu saat dalam hidupmu, kau bermimpi berjumpa dengan Rasulullah.
Melihat sinar rembulan luruh dan teduh di matamu.
Dulu sekali, semasa kecil ibumu ini…
Pernah bermimpi mencari hujan di lapangan rumput yang luas.
Lalu sinar matahari turun ke bumi dan membawaku terbang menuju gumpalan awan putih.
Sebuah suara menyuruhku agar memasukkan awan itu ke ember kecil yang kupegang.
Setelah penuh, sinar tadi membawaku turun dan mengubah gumpalan awan di emberku menjadi air.
Suara tadi bilang, air itu untuk menyiram bunga mawar merah di taman bunga kakek.
Juga untuk nenek memasak sayur bayam kesukaanku.
Dan sisanya, boleh kubagi-bagikan pada orang yang membutuhkan.
Saat itu memang musim kemarau.
Nah, anakku, ceritakan mimpimu padaku…