Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Selasa, 22 Januari 2013

Muhammad Tercinta (2)

:: Muhammad Sang Balita ::

 
MASA AWAL MUHAMMAD DIASUH OLEH HALIMATUSHA’DIAH

Di zaman Rasulullah, selain unta, keledai juga digunakan sebagai sarana transportasi.
Bermil-mil jarak di gurun pasir itu, ditempuh oleh keledai.
Seperti yang dialami oleh keledai tua hitam milik Halimatusha’diah.
Sebut saja dia Himar.
Himar ditumpangi tuannya, dari perkampungan Bani Sa’ad menuju kota Makkah.
Ada urusan apa mereka ke sana?
Tentu saja bukan untuk sekedar berjalan-jalan.
Ada tugas mulia yang harus diembannya.
Dan, sepulangnya dari kota Makkah, sesuatu terjadi pada si Kaldun.
Benar-benar mengejutkan dan sangat menakjubkan.
Apa itu? Mau tahu kisah lengkapnya?
Si Kaldun akan menceritakannya  pada Anda.
Mungkin sekarang dia sedang merumput bersama teman-temannya.
Tunggu saja, jangan kemana-mana!
...

PERCAKAPAN KELEDAI

K 1 : “Apa kau melihat dia?”
K2 : “Maksudmu si Kaldun?”
K1 : “Ya, siapa lagi. Kita kan sedang menunggunya”.
K3 : “Kita semua, penasaran tentang kejadian aneh kemarin”.
K2 : “Nah, itu dia yang kita tunggu-tunggu datang”.
KLD : “Hai, sobat, kalian di sini rupanya?”
K1 : “Kaldun, kami menunggumu di sini karena penasaran tentang kejadian kemarin”.
K2 : “Saat kau pulang dari kota Makkah, tiba-tiba larimu jadi seperti kuda balap”.
K3 : “Ya, benar! Ayolah ceritakan pada kami, apa yang sebenarnya terjadi?”
KLD : “Ooh...itu. Aku sendiri sebenarnya tak tahu pasti apa yang terjadi.
    Tapi baiklah, aku akan coba menguraikannya.
    Sepertinya ini ada hubungannya dengan bayi elok bercahaya,
    Yang dibawa Tuanku Halimah dari Makkah”.
...


Lagu : KALDUN, KELEDAI HALIMATUSHA’DIAH

Aku Kaldun, keledai Halimah
Aku sudah tua dan lemah
Bila berjalan terlalu lelah
Aku bisa payah
Tapi aku tak boleh menyerah
Demi sebuah amanah
Saat itu,aku ke Makkah
Membawa tuanku, Halimah
Mencari anak-susu yang akan diasuh
Dalam lingkungan yang ramah
Seorang kakek, Abdul Muthalib
Menawarkan cucunya yang tanpa ayah
Bayi itu, Muhammad namanya
Wajahnya elok bercahaya
Halimah pun langsung jatuh cinta
Sejak itu, aku pun jadi bertenaga
...

KLD : “Dan kalian tahu, setelah itu, banyak keajaiban terjadipada keluarga Halimah.
    Rumah Halimah seperti cahaya. Air susu Halimah menjadi subur.
    Untanya yang kurus kering, bisa menghasilkan susu.
    Dan domba ternaknya menjadi gemuk-gemuk dan bersusu banyak”.
KK : “Waah... Muhammad! Benar-benar bayi pembawa berkah”.
KLD : “Ya, dialah... Muhammad!”

Muhammad Tercinta (1)

 SEBAIT KATA
Dengan apa daya, duhai...
Sesungguhnya ku tak sanggup berkata.
Setiap narasi yang tertata
Hanyalah serpihan-serpihan kata
yang terserak tak bertahta.
Bagaimana mungkin bisa, duhai...
Ku menorehkan tinta kata
Untuk melukiskan sesosok permata
Yang namanya bersanding dengan Tuhan alam semesta.
Teringat kisah Adam saat pertama dicipta
Ia berdiri di pintu surga
Memandang sebaris lafaz yang tertera
Laa ilaaha illallah...Muhammadurrasulullah...
Ooh...siapa gerangan sosok agung yang bersanding dengan nama Allah?
Lalu Allah menjawab:
Wahai Adam...Demi Kemuliaanku!
Sesungguhnya, hanya karena harus lahir seorang Muhammad-lah,
Aku menciptakanmu!
Duhai...
Memang apalah daya, ku tak bisa...
Tapi Bismillah, Lahaula...
Ku kan coba menata kata
Semoga mengena, dan tak kehilangan makna
Semoga segalanya, lillaahita’ala.
Dengan segenap cinta, selamat membaca!



MENYAMBUT KELAHIRAN MUHAMMAD SAW

Sebelum malam kelahiran Sang Nabi,
Saat kota Makkah berselimut cahaya,
Saat sebuah bintang bersinar sangat terang,
Saat bumi bergetar, merobohkan berhala-berhala,
Menggoncangkan istana-istana Rumawi dan Kisra.
Ya, sebelum malam itu...
Gema gemuruh pasukan bergajah Abrahah,
Hampir saja meluluhlantakkan bangunan Ka’bah.
Maha Kuasa Allah Sang Pemelihara Ka’bah,
Yang telah mengirimkan bala tentaranya, burung-burung Ababil pembawa sijjil
...
Peristiwa inilah, yang menandakan tahun kelahiran Sang Nabi,
Dikenal dengan tahun gajah.
Peristiwa inilah, pertanda, kembali tegaknya tauhid
Yang telah dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya
...


KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW

Bintang, selalu bersinar paling terang, di langit paling gelap.
Dan tepat di malam itu, di ufuk langit Makkah,
Terpancar sebuah bintang yang bersinar sangat terang.
Kerlipnya begitu cerlang dan mempesona.
Ooh... indah, teramat indah!
Pertanda apakah gerangan?
...
Bintang itu, pertanda akan ada peristiwa besar.
Pertanda akan lahir seorang Nabi terakhir.
Utusan Allah, pembawa rahmat bagi seluruh alam.
Manusia pilihan yang akan membawa perubahan besar
Bagi ummat manusia di dunia ini.
...
Dialah... MUHAMMAD!

Minggu, 20 Januari 2013

Kukenalkan Ini pada Anakku



Hai, namaku buku. Aku si gudang ilmu, kuncinya dengan membacaku. 
Kau mau jadi sahabatku? Bacalah aku di mana pun kau mau.
Kapan pun kau butuh aku, aku akan temanimu tanpa kenal waktu.
Tapi jika adzan berseru, tutuplah aku dahulu.
Segeralah ambil air wudhu, dan sholatlah dengan khusyuk dan khudhu.
Atau jika ibu memanggilmu, tundalah aku sementara waktu, bantulah ibumu dulu.
Agar kau mudah bertemu denganku, simpanlah aku di setiap sudut rumahmu.
Di ruang tamu dan bahkan di teras tunggu.
Kemana pun kau kan menuju, bawalah serta aku selalu.
Bersamaku, kau tak perlu pergi ke taman bunga, jika ingin melihat kupu-kupu yang lucu.
Kau hanya cukup membuka ensiklopedi yang memuat beragam bidang ilmu.
Kau tahu, sobat, apa yang membuatku pilu? Jika aku dibiarkan sendiri dan berdebu!
Dan aku tahu, kau tak kan membuatku begitu…

*)ibuku pernah bercerita, dulu ketika aku berusia 1 tahun, aku pernah terkena diare yang cukup parah sampai harus dirawat di rumah sakit. Saat itu aturan di rumah sakit sangat ketat. Selama dalam perawatan, aku tak boleh ditunggui oleh siapa pun. Setiap malam aku hanya ditemani oleh suster jaga, yang sebenarnya tidak berjaga-jaga sepanjang malam, hanya sesekali saja menengokku. Ibu dan bapak baru bisa bertemu denganku di siang hari, itu pun hanya pada saat jam besuk, dan tak boleh menggendongku pula. Betapa malang nasibku dan sangat menyedihkan. Bayangkan, seorang anak berusia 1 tahun dalam keadaan sakit, tergolek lemah di box kaca rumah sakit dengan tangan dan kaki diikat dan diinfus, sendirian menatap ibunya. Tatapan penuh harap dan tangis ratapanku tak mampu meluluhkan aturan itu, aku tak boleh dan tak kan bisa digendong ibuku. Dan begitulah, selama dua jam itu kami harus puas hanya dengan berbagi senyum dan cerita. Sesaat sebelum jam besuknya habis, seorang suster selalu menghampiri ibuku dan meminta mainan untukku. Ketika ibu-ibu yang lain menyerahkan boneka atau mobil-mobilan untuk mainan anaknya yang sedang dirawat, ibuku tak ragu menyodorkan dua jilid majalah Kartini. Suster itu hanya bengong, tapi tak lama, karena ibuku segera menjelaskan, “itu mainan anak saya, suster. Dia akan anteng kalau dikasih mainan itu. Dan coba saja nanti suster tanya nama-nama benda di majalah itu, dia bisa menunjukkannya”.

Percakapan Langit

Duhai Ibunda

Kata ibu, surga itu sangat indah
Kita bisa minta apa saja yang kita mau
Ada melon, apel, mangga, jeruk, semangka, strowberry
Ada sungai susu, sungai madu, sungai anggur
Pokoknya semuanya ada
Kita bisa bertemu bidadari bermata jeli
Kita bisa bernaung di istana bertabur permata
Kita bisa berjalan di rumput seharum kasturi
Nanti, aku akan ajak ibu ke surga
Karena aku mencintai ibu
Seperti aku mencintai surga
I love u, ibu…

*) puisi di atas mengalir begitu saja, ditulis beberapa menit saja. Dan kalau saja ibuku tahu, empat baris terakhir itu, itu yang ingin aku katakan pada ibu. Tapi lidahku selalu kelu. Bukan karena hatiku yang beku, hanya saja sedikit malu. Padahal kan tak perlu begitu ya. Semoga anak-anakku kelak, tak malu katakan cinta padaku.amin…