MENYAPA KEMATIAN
Siap mati? Mati itu
pasti! Setiap yang hidup pasti mati. Kita tinggal menghitung hari.
Mau lebih dulu anak,
istri, atau suami, itu terserah pada Sang Pemilik Diri.
Untuk itu harus senantiasa
mawas diri. Karena waktu tak pernah berhenti.
Kita semua sedang antri
menanti. Semoga malaikat maut datang dengan wajah berseri.
Karena itulah sebaik-baik
kedatangan mati.
Semoga malaikat maut
tak datang dengan cambuk bergerigi.
Karena itulah seburuk-buruk
kedatangan mati.
Untuk mati, tak perlu
risaukan rizki yang belum pasti.
Bukan pula gelar dan
pangkat yang harus dimiliki.
Untuk mati, syahadat
segera perbaharui.
Untuk mati, sholat jangan
dinanti-nanti.
Untuk mati, tilawah
quran senantiasa setiap hari.
Untuk mati, dzikir setia
dalam hati.
Untuk mati, shadaqah
tak kenal henti.
Untuk mati, shaum jadi
perisai suci.
Untuk mati, taqwa menjadi
sifat diri.
Itulah sebaik-baik bekal
untuk mati, dan untuk hidup setelah mati.
Demi berjumpa Sang Kekasih
sejati pujaan hati.
Maka untuk mati, saat
ini… berapa kali kita bicara tentang mati dalam sehari?
Mari bicara mati. Mulai
dari diri sendiri. Mulai saat ini.
Mulai ajak anak dan
suami, menyapa kematian, lebih dini.
Karena dengan ingat
mati, kita telah menjadikan diri kita cerdas.
Begitu sabda Sang Nabi.