Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Senin, 29 Juli 2013

Palestina dalam Cerita (1)

CERITAKAN INI PADA ANAK-ANAK KITA

Dahulu kala, ketika Nabi Musa membebaskan kaum Bani Israil dari cengkraman penindasan Fir’aun, Nabi Musa membawa Bani Israil menuju tanah suci yang telah dijanjikan Allah, yaitu tanah PALESTINA. Namun di tengah perjalanan saat Nabi Musa pergi selama 40 hari menuju panggilan Allah untuk menerima kitab Taurat, Bani Israil mulai inkar pada Allah. Salah seorang di antara mereka yang bernama Samiri, mengumpulkan perhiasan emas dari kaum wanita mereka, meleburnya jadi satu dan menjadikannya patung anak lembu untuk dijadikan sesembahan mereka. Dengan tenangnya Samiri berkata kepada mereka, “Inilah Tuhan kita, Tuhan Musa dan Harun, namun kini Musa telah lupa”. Ah, betapa mereka mudah sekali menyimpang.
Nabi Harun yang diperintahkan agar menjaga Bani Israil selama Nabi Musa pergi, tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang sejak awal kaum Bani Israil sudah punya tabi’at membangkang. Tentu saja sepulangnya Nabi Musa, beliau amat marah pada kaumnya. Padahal sebelumnya Allah telah kirimkan nikmat dan karunia yang tak terkira. Saat mereka kehausan, Allah telah kirimkan Manna, sejenis minuman yang rasanya lebih manis daripada madu. Sumbernya lagsung tercurah dari langit laksana salju. Saat mereka kelaparan, Allah telah kirimkan Salwa, sejenis burung murai yang turun dari langit dalam keadaan sudah terpanggang.  Pun begitu, mereka tidak pernah merasa puas dan meminta kepada Musa agar Allah memberikan kacang adas, kacang tanah, dan bawang merah. Betapa aneh dan dungu mereka itu, sudah diberi Manna dan Salwa malah minta yang lebih rendah.
Karenanya Allah marah pada mereka dan dihukumlah mereka selama 40 tahun berputar-putar berkeliling-keliling di Padang Tiih gurun Sinai tanpa bisa keluar dari sana. Selama dalam hukuman itu mereka banyak mengeluh tentang ini dan itu, tidak sabar dan tidak bersyukur. Akhirnya sebelum Nabi Musa menyempurnakan risalah Allah dalam kitab Taurat, Beliau meninggal dunia dalam keadaan murka kepada kaum Bani Israil.
Sebelum meninggal, Nabi Musa menitahkan tugasnya kepada Nabi Yusya untuk membimbing Bani Israil dan membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Amaliq yang kafir dan menyembah berhala. Maka berangkatlah Nabi Yusya bersama pemuda-pemuda Bani Israil yang beriman kepada Allah untuk berperang melawan kaum Amaliq. Salah seorang di antara mereka ada yang bertanya, “wahai Nabi Allah, mengapa harus tanah suci itu? Mengapa tidak tanah yang lain?”
Kemudian Nabi Yusya menjawab, “Tanah yang suci itu adalah tanah warisan kakek kalian, Ibrahim dan bapak kalian, Ya’kub. Baitul Maqdis adalah tanah setiap orang mukmin. Hanya orang berimanlah yang boleh tinggal di atasnya. Karenanya Allah memerintahkan kita untuk mensucikannya dan membebaskannya dari tangan para penyembah berhala. Seorang dari mereka ada yang berkata, “Baitul Maqdis akan menjadi milik kita sepanjang hajat”.

Nabi Yusya menekankan lagi kepada kaum Bani Israil, “Baitul Maqdis hanya akan menjadi milik orang-orang mukmin. Barang siapa yang kafir dan berbuat inkar kepada Allah sesudah memasukinya, maka Allah akan mencabutnya hak kepemilikan itu. Kalian sama sekali tidak berhak untuk mendudukinya apalagi memilikinya. Tanah suci itu hanya milik orang-orang yang beriman, tidak mendurhakai Allah, dan tidak mengubah firman-firman Allah”.
Atas kuasa Allah, tanah suci itu bisa direbut dengan kemenangan gemilang oleh kaum Bani Israil. Dan sebelum memasuki pintu gerbang Baitul Maqdis, Allah mewahyukan kepada Nabi Yusya agar Bani Israil memasukinya sambil mengatakan “Hiththah” (bebaskanlah), dan dengan posisi bersujud di atas tanah sebagai tanda bukti ketaatan pada Allah. tetapi di antara mereka ada yang memasukinya dengan mengatakan “hinthah” (gandum), sambil mengesot dengan pantat. Alangkahmemalukan dan senang mempersulit diri mereka itu.
Oh lihatlah, betapa mereka itu sangat ingkar dan durhaka kepada Allah dan Nabinya. Padahal baru saja mereka melihat nikmat kemenangan dibentangkan di hadapan mereka. Maka janji Allah itu pasti dan akan tetap berlaku. Mereka, ummat pembangkang dan pendurhaka, kapan pun, di mana pun mereka berada, kemana pun mereka pergi, mereka akan tetap menjadi kaum yang terusir. Jadilah sekarang, pembebasan dan pensucian Baitul Maqdis, Al-Aqsha, menjadi salah satu kewajiban yang tersisa di pundak kaum mukminin.
------------------------------------------------------------------------------------------
buah tangan i'tikaf 10 hari terakhir Ramadhan 1434H