Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Jumat, 14 Juni 2013

Muhammad Tercinta (5)









MUHAMMAD SAW PULANG KE MAKKAH

Nabi Muhammad kecil, tumbuh luar biasa, berbeda dari teman sebaya.
Lemah lembut perangainya, sopan santun tutur bahasanya.
Pun begitu, beliau tak pernah membeda-beda.
Bersama sebayanya, beliau senang menggembala domba ke bukit rumput gurun sahara.
Suatu hari ketika sedang menggembala,
Saudara sepersusuannya, Abdullah, mendapati Muhammad tiada.
Hilang entah kemana. Tanpa diketahui banyak orang,
Muhammad kecil dibawa oleh dua sosok bercahaya.
Dibelah dadanya, diambil hatinya, dibasuh dengan air dari mata air surga
Dalam cawan piala sebening kaca.
Setelah itu hatinya dikembalikan ke tempat semula.
...
Begitulah,taklama berselang, sejak peristiwa penyusian hatinya,
Muhammad kecil dipulangkan ke kampung halamannya.
Kembali ke pangkuan Aminah, ibunda tercinta.
Berat nian bagi Halimah melepasnya.
5 tahun sudah kebersamaan mereka.
Meninggalkan kesan kasih sayang yang mendalam.
....


SAAT IBUNYA MENINGGAL

Setahun kemudian, Aminah mengajak Muhammad ke Madinah.
Mereka akan berkunjung ke saudaranya dari Bani Najjar,
Sambil berziarah ke makam sang ayah, Abdullah bin Abdul Muthalib.
Dalam perjalanan pulang ke Makkah, kesehatan Aminah melemah.
Ditambah badai pasir yang melanda, memaksa mereka mencari perlindungan sementara.
Ummu Aiman, khadimat mereka, membawa Aminah ke desa Abwa.
...
Ooh... kondisi Aminah semakin lemah.
Pun begitu, Aminah tak merasa gundah dan tetap pasrah.
Setelah memberi sedikit amanah pada belahan jiwanya, Muhammad,
Agar jangan sedih dan resah, meskipun hidup tanpa ibu tanpa ayah.
Karena Muhammad, ada dalam perlindungan dan pemeliharaan Sang Maha Pemurah.
...
Duhai... suratan takdir pun tak bisa dicegah.
Aminah meninggal sudah, berkalang tanah di desa Abwa.
Dalam naungan duka lara, ummu Aiman membawa pulang Muhammad
Ke pangkuan sang kakek, Abdul Muthalib.

Senin, 03 Juni 2013

Isra Mi'raj dan Palestina



SURAT CINTA UNTUK PALESTINA
Menjumpai: Saudara-saudara muslim sedunia

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuuh…
Apa kabar saudaraku, fillah? Semoga rahmat  dan berkah Allah senantiasa tercurah padamu. Semoga taufik dan hidayah tetap terpelihara atasmu. Semoga sakinah, mawaddah, dan rahmah selalu menaungimu. Semoga shalawat serta salam senantiasa terlimpah pada akhirul anbiya, Muhammad saw., kepada ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, sampai pada kita ummat akhir zaman yang sangat mengharapkan syafaatnya. Mari aminkan sama-sama!
Saudaraku, ku layangkan surat ini sebagai tanda cinta untuk saudara-saudara kita di belahan bumi PALESTINA. Dalam bentuk apa pun, dilihat dari segi mana pun, PALESTINA banyak berbeda dari negeri kita. Namun satu hal yang sama, dan aku tahu itu, bahwa di seluruh dunia, ada satu, sepuluh, seratus, seribu, bahkan sejuta suara yang sama. Suara yang mendukung perjuangan rakyat PALESTINA. Suara yang mengecam keras kekejaman, kekejian, dan kebiadaban zionis Israel.
Dengarkan saudaraku, fillah, dulu sekali, tanah PALESTINA pernah ditaklukkan oleh Asyria, Babilonia, Romawi, dan Persia. Dan setelah Romawi takluk di bawah kekuasaan Islam, PALESTINA jatuh ke tangan kaum muslim di bawah kepemimpinan Umar bin Khathab tanpa sikap arogansi, tak ada pertumpahan darah dan pengusiran. Padahal bangsa Arab lebih mereka takuti daripada bangsa Romawi dan Babilonia yang kejamnya tiada dua. Saat itu, di bawah pemerintahan kaum muslim, Islam, Yahudi, dan Nasrani hidup berdampingan. Inilah penaklukan pertama PALESTINA yang terjadi dengan sangat damai. Meskipun begitu, Yahudi tetap tidak menyukai dan mengakui kerasulan Muhammad dan ajaran yang dibawanya. Cikal bakalnya, karena Nabi akhir zaman yang tertera dalam kitab Taurat, yang telah lama mereka nanti-nantikan kedatangannya, terlahir bukan dari kalangan Yahudi. Padahal sebelumnya, banyak sudah di utus para Nabi dari kalangan mereka sendiri.
Kepemimpinan Islam di tanah PALESTINA berlangsung cukup lama. Seperti lamanya kebencian Yahudi yang mengakar kuat menghujam sukma. Mereka, kaum yahudi dan sebenarnya nasrani juga, tak ambil peduli apakah kita ummat islam akan ikut ajaran mereka dan murtad dari islam. Mereka sudah sangat senang jika kita jauh dari ajaran Islam. Lantas mengapa sekarang semakin merajalela? Mari kita berkaca, suara yang kita bawa, mengapa tak menggema di telinga mereka? Kalah oleh gaung peluru tak bermata dan mesiu yang mendera. Mari kita meraba, telinga kita pun tak cukup peka mendengar isak tangis dan jerit kesakitan mereka. Mari kita membaca, jangan-jangan, tanpa kita sadari, kita telah berdamai dengan Yahudi dan serentetan konsfirasinya yang nyaris tak terasa tak terbaca. Mari kita melihat samping kiri kanan kita, depan belakang kita, maka kita akan terhenyak terbelalak. Pakaian kita, dandadan kita, makanan kita, hunian kita, mainan kita, jajanan kita, tontonan kita, hiburan kita, bahkan pendidikan kita, berkiblat pada siapa?
Mungkin di antara kita ada yang bertanya,  apakah ke tengah-tengah perjuangan rakyat palestina, Allah tidak berkenan mengutus malaikatNya yang akan menjadi tentara melawan ummat Yahudi? Seperti halnya Allah mengirimkan sepasukan malaikat di perang Badar, perang Hamra’ul Asad, perang Khandak, dan banyak lagi perang-perang dengan kemenangan gemilang. Barangkali Allah telah mengutus pasukan malaikat itu, tetapi mungkin, para malaikat itu lupa bagaimana wajah muslim yang sebenarnya. Malaikat itu bingung mengenali penampilan mereka yang telah menjadi samar. Malaikat itu tak tahu membedakan mana kawan mana lawan, karena warga sipil mereka, nyaris sama di mata malaikat.
Jadi begitulah saudaraku, fillah, jika senjata kita tak punya, sumbangan uang pun tak seberapa, maka apa lagi yang bisa kita derma untuk mereka? Selain untai doa, atas nama cinta, mari kita jaga dan pelihara izzah dan kekaffahan Islam kita. Jika itu pun telah tiada, maka malulah kita. Jika Israel menggempur kita dengan atas nama Adonai Yahwe Tuhan orang Yahudi, maka kita pun harus berjuang atas nama Allah swt. Jika israel menyerang kita dengan mengusung Yudaisme, maka kita pun harus berjuang bermotifkan Islam. Jika israel memerangi kita atas dasar Taurat dan Talmud kitab orang Yahudi, maka kita pun harus berjuang dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika Israel mengibarkan panji Musa, maka kita harus berjuang dengan mengibarkan panji Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Jika Israel ingin membela tembok ratapan Haikal Sulaiman, maka kita harus berjuang untuk membebaskan Al-Aqsha. Jika Yahudi Israel menyerukan pada pasukannya: “kalian bangsa pilihan”, maka serukanlah pada pasukan muslim: “Kuntum khairah ummah ukhrijat linnas”, kalian adalah ummat terbaik yang Allah turunkan di antara manusia.
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…
La haula wala quwwata ilabillaah… 

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuuh…
Dengan segala cinta, fillah…lillah…
--------------------------------------------------------------------------------
Sejatinya pada momen Isra Mi'raj kali ini kita mesti kembali tersadar akan kewajiban kita terhadap Palestina yang disinggahi Rasululloh sebelum ke Sidratul Muntaha....