Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Jumat, 27 September 2013

MATA AIR MATA

Yang tersayang:  anak-anakku

Bagi wanita, air mata adalah permata. Apa gunanya mata kalau bukan untuk berlinang air mata. Ia teman yang setia. Hadir di kala sedih, takut, marah, sakit, rindu, bahagia, haru, bangga, benci, kesal, kecewa, putus asa.
Aku tak ingin menjadi wanita tanpa air mata. Karena air mata bisa menjadi pelipur lara di hati. Menjadi  penawan indah kala membaca Al Quran suci. Menjadi penawar rindu pada suami. Menjadi penebus dosa yang ditobati. Menjadi penopang kekuatan tuk jalani hari-hari. Menjadi jalinan mesra kala bersua dengan Sang Kekasih Sejati di saat dini hari. Penuh ratap dan mengharap janji, semoga khilaf dan salah bisa diampuni, semoga amal ibadah bisa dihargai dan diridhai Rabbul Izzati. Dan setelah menjadi ibu kini, air mata menjadi pengekang amarah saat mendapati  anak-anak yang barangkali lupa tuk berbakti.
Pun jauh sebelum ini, air mata menjadi pembuncah rasa kala mengucap akad suci. Menjadi saksi saat meregang sakit demi lahirnya sang buah hati.
Air mata bukan hanya milik wanita. Jadi menangislah, cinta. Silakan menangis, boleh menangis, tak mengapa menangis, jangan malu dan segan untuk menangis. Mari sini, sayang, menangislah di bahu atau di pangkuanku. Hingga sirna rasa sesak yang memenuhi rongga dadamu. Hingga hilang rasa sakit pada lukamu. Tapi tunggu sebentar, nak, sebelum kau tumpahruahkan air matamu, aku ingin bertanya padamu: mengapa kau menangis? Karena apa kau menangis? Untuk apa kau menangis? Atas dasar apa kau menangis? Demi apa kau menangis?
Dengarkanlah, anakku. Sungguh, Rasulullah juga pernah menangis. Beliau menangis ketika Ibrahim, putranya, meninggal dunia. Beliau menangis sambil berdoa di bawah pohon anggur ketika Beliau berdakwah ke Tha’if, namun penduduk Tha’if mengusirnya dengan cara yang hina dina. Bahkan mereka menyuruh anak-anak di kota itu agar rame-rame melempari Rasulullah dengan kotoran unta dan batu hingga luka. Rasulullah menangis ketika sedang sholat, berdoa, dan membaca Al Quran. Beliau juga menangis ketika melihat Fatimah Az-Zahra putri tercintanya beserta cucu-cucu kesayangannya, kurus kering menahan lapar demi mengenyangkan orang lain. Dan semasa kecil, Beliau menangis jika sesudah mandi, lama tak dipakaikan baju, karena betapa malu. Tetapi Beliau tidak menangis jika tak kebagian buah badam untuk bermain. Beliau tak menangis ketika kebagian jatah makanan paling akhir dan menerima seadanya, apa adanya.
Nah, jadi begitulah, anakku. Jika kau jatuh, maka bangunlah dan segera ucapkan Innalillahi wa innaailaihi raaji’uun. Jika kau sakit, maka sabarlah dan berdoalah Yaa Syafii Syafakallah. Jika kau takut, maka berlindunglah dari godaan dan gangguan syetan dengan mengucap ta’awudz. Jika kau hanya menerima seadanya, maka syukurilah dan ucapkan hamdalah. Jika kau diolok-olok, maka sabarlah dan jangan membalasnya, doakanlah kebaikan untuk mereka. Jika kau disakiti, maka maafkanlah jangan putuskan silaturahmi. Jika kau tak berbaju baru di hari raya, maka tak apa, tersenyumlah. Karena Rasulullah menyuruh kita berhari raya dengan pakaian terbaik yang ada, bukan dengan pakaian terbaru yang belum ada. Jika kau tak kebagian mainan, maka mengalahlah untuk menang. Menang, karena kau senang menyenangkan orang lain, niscaya kau akan disenangkan. Untuk hal-hal yang demikian, alangkah baiknya jika kau bisa menahan air matamu untuk tidak menangis.
Tetapi sungguh, anakku. Menangislah, jika kau melihat pada dirimu atau mendapatinya ada pada diri orang lain, keadaan-keadaan ini: Allah dan Rasulullah dihinakan, agama Allah dipermainkan, Al Quran suci diselewengkan, sunnah Rasulullah diabaikan, masjid ditinggalkan, kaum muslimin dan para ulama dilecehkan, fakir miskin dihardik dan anak yatim dicampakkan, kedatangan hari kiamat diragukan. Mari berlindung dari hal-hal yang demikian, na’udzubillah…
Dan menangislah: saat kau bisa shalat khusyuk dan khudhu di atas sajadah, saat kau tenggelam dalam munajat, saat kelak kau berdiri memandang Ka’bah di Baitullah Al-Haram, saat kelak kau bisa menjadi hafizh Quran dan hadits. Dan menangislah, saat kelak kau bisa melintasi benua dan mengarungi samudera demi menegakkan Kalimatullah dan menyebarkan sunnah Rasulullah. Dengan izin dan ridhaNya, mari berharap dari hal-hal yang demikian, insya Allahumma amiin… 
Dengar, nak, ada dua tetesan yang Allah swt sangat menyukainya ada pada hambaNya. Pertama, tetesan darah ketika sedang berjuang di jalan Allah berperang melawan musuh Allah. Kedua, tetesan air mata seorang hamba di malam hari yang takut kepada Allah, memohon ridha dan ampunanNya. Dan kau tahu, anakku, jika air mata semua anak cucu Adam sampai akhir zaman nanti ditimbang, maka akan lebih berat air mata Adam as saat beliau bertobat menangisi dosa karena tergoda bisikan iblis untuk memakan buah terlarang di surga.
 -----------------------------------------------------------------
Maka meneteslah air mata ini untuk Palestina, Mesir dan Suriah...tolonglah saudara-saudara kami Yaa Rabbi.... Inikah janji-Mu kelak akan basyiroh Rasululloh....