Terhitung pasca medio
Februari 2014, 46 hari sudah dunia tak dapat memasuki Palestina. Ia sengaja
ditutup dari segala arah, termasuk perbatasan Rafah. Namun meski hendak dihapus
dari peta oleh “Israel”, di samping kita ada anak-anak kecil suci membinar
mata, begitu penasaran ingin mengetahui keberadaannya. “Ayah…Ibu…Palestina itu dimana?”.
Pembaca budiman, mari kita juga tanyakan itu pada diri kita.
Apa yang ku tahu
tentang PALESTINA? Apa ada yang mengenalnya? Atau ada yang pernah ke sana? Yang
jelas PALESTINA sangat jauh dari Indonesia. PALESTINA tak seperti kota biasa.
Ia berbeda dengan Belanda, Paris, Inggris, Turki, Amerika, Afrika, Malaysia,
Singapura, dan bahkan Indonesia.
Tak ada gemerlap
dunia di mata PALESTINA. Yang ada saat
ini hanyalah tumpahan darah dan tetesan air mata.
Pemandangan ini yang tergambar jelas di wajah PALESTINA:
Sepanjang Jenin,
Ramalah, Tepi Barat, Tel Aviv, sampai jalur Gaza, barisan serdadu tentara zionis “Israel” bercokol di mana-mana.
Membabi buta memamah apa saja, siapa saja, di mana saja dalam keadaan bagaimana saja. Meluluhlantakkan
rumah-rumah sehingga rata dengan tanah. Dan keesokan harinya,
helikopter-helikopter berdesing tiada henti. Seperti permainan lego, mereka
mendaratkan rumah-rumah siap pakai untuk dihuni Yahudi.
Tentara-tentara
itu, membalas lemparan batu dengan desing peluru yang tak bermata. Tak peduli
anak-anak, wanita, tua renta, muda belia, semua sama di mata mereka. Berhadapan
dengan mereka pilihan akhirnya sama saja: berakhir di ujung senjata. Tak ada
kamus damai dengan mereka. Perdamaian Camp David, Oslo… hanya omong kosong
belaka. Tanpa ragu mereka memburu para pemuda Intifadhah dengan tank canggih
Merkava. Menggilas tubuh mereka tak ubahnya seperti meremukkan bebatuan di
jalanan yang menganga. Sudah sangat biasa dan tanpa rasa mereka mencabik,
merobek, membelah menjadi dua, bahkan mencuri organ tubuh penting dari mayat
pemuda PALESTINA. Mereka sigap dan siap siaga menangkap siapa saja ke sel
penjara tanpa harus tahu berbuat salah apa. Bahkan bayi dalam gendongan ibunya
pun mereka jadikan bola lemparan dari satu serdadu ke serdadu lainnya.
Mereka hanya ingin
berlaga di mata dunia tanpa perlu berkaca siapa sebenarnya mereka. Mereka
merasa berhak merampas paksa dan menduduki tanah PALESTINA dengan menghalalkan
segala cara. Dan dengan bangga mereka mengaku sebagai kaum termulia di dunia,
dengan dalih bahwa telah banyak diutus para Nabi untuk kaum Bani Israil, pendahulunya. Itu memang
tak bisa disangkal, tapi ketahuilah, sebenarnya mereka sendiri melanggar dan menyelewengkan ajaran para
Nabi. Bahkan Musa yang mereka sebut Moses itu, meninggal dalam keadaan murka
kepada kaumnya. Pantaslah para
nabi diutus disana, sebab bebal bukan main kaumnya. Nabi ada, diutus untuk mentauhidkan
mereka.
Di PALESTINA,
anak-anak berubah menjadi dewasa sebelum masanya, jauh melampaui usia yang
sebenarnya. Bahkan anak 2 tahun pun berani membentak tentara “Israel”, tidak tanpa murka. Di antara mereka ada yang dengan kesadaran
dan keberaniannya memasuki camp-camp tentara Israel dan pemukiman-pemukiman
Yahudi, lengkap dengan perangkat bom syahid melekat di tubuh mereka. Ya, ketika
anak-anak remaja di belahan bumi lain sedang gandrung dengan lagu bidadari
surga yang jatuh di hadapannya, anak-anak remaja PALESTINA justru menjemput
bidadarinya langsung di taman surga.
Itulah sekelumit wajah suram negeri PALESTINA.
Jerrusalem, Al-Quds, Baitul Maqdis… apa pun namanya… Atas nama cinta, marilah
kita jaga. Meski dengan
menyisipkan sederhananya doa ke dalam kerikil kecil bocah Palestina. Kelak doa
itu menyertai balada si batu kerikil disana.
Bocah-bocah
suci berkata “Lihat ke sini, apa yang aku bawa dalam kain
ini?” Ya, benar,
ini batu kerikil, kecil-kecil, dan amat mungil. Apa
yang bisa dilakukan si batu kerikil? Ia bisa menjadi teman bermain anak kecil.
Dibuat rumah-rumahan, benteng-bentengan, bermain encrak ataupun congklak. Ia
juga sering dipakai untuk mengusir kucing yang kedapatan mencuri ikan hering
yang sedang dijemur di atas piring. Bisa juga untuk menakut-nakuti anjing yang
mengejar kita tanpa tedeng aling-aling. Atau menimpuk maling yang kepergok
hansip di dekat pos kamling. Atau iseng mengetapel sarang burung yang sedang
bertengger di dahan ranting.
Ya, inilah batu kerikil, kecil-kecil, dan amat mungil. Salah satu makhluk ciptaan
Allah yang sesungguhnya perannya tidaklah kecil. Batu kerikil ini, pernah
menjadi saksi atas getir pahitnya dakwah Rasulullah saat pergi ke Tha’if. Saat
anak-anak kota itu, melempari Rasulullah dengan batu kerikil hingga penuh luka.
Batu kerikil ini juga, yang dulu dipakai Nabi Ibrahim as, untuk mengusir iblis
saat Nabi Ibrahim akan menyembelih putra tercintanya, Ismail. Yang kemudian,
karena keikhlasan dan kesabarannya, Allah menebus Ismail dengan seekor gibas
atau domba untuk disembelih. Peristiwa itulah, yang melatarbelakangi kewajiban
berkurban. Peristiwa itulah, yang melatarbelakangi syari’at melempar jumrah
dalam ibadah haji.
Ya, inilah batu kerikil, kecil-kecil, dan amat mungil. Salah satu makhluk ciptaan
Allah yang sesungguhnya perannya tidaklah kecil. Di belahan bumi PALESTINA…
kita tahu betul bagaimana di sana… Batu kerikil inilah, yang kerap berada di
saku-saku baju, di tangan-tangan bocah, dalam kepalan dan jentikan ketapel
anak-anak PALESTINA. Seperti Daud kecil yang menjentikan ketapel, dan batu
kerikil itu melayang tepat ke arah mata Jalut. Batu kerikil ini, sering kali
membuat gentar para serdadu Israel yang sebenarnya menggigil dan bernyali
kerdil. Sekalipun menopang bedil, keberaniannya sendiri lebih kecil dari pada
batu kerikil di tangan anak kecil. Tak ubahnya seperti kikil yang menciut
ketika disayur dalam pendil.
Ya, inilah batu kerikil,
kecil-kecil, dan amat mungil. Salah satu makhluk ciptaanMu ya Rabb, yang sesungguhnya
perannya di mataMu tidaklah kecil. Batu kerikil ini, menjadi saksi perjuangan
anak-anak intifadhah melawan kejam dan kejinya zionis Israel nan
kafir. Aku seperti mendengar bisikan si batu kerikil: Ya
Rabb, sebagaimana Engkau melindungi Ka’bah Al-Haram dari serangan pasukan
bergajah Abrahah, Untuk kesucian Al-Aqsha, akankah Engkau kepakkan sayap-sayap
Ababil yang membawa sijjil? Ijinkanlah musuhMu bertekuk lutut di
hadapanMu.