Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Kamis, 27 Maret 2014

di sebalik Palestina

Terhitung pasca medio Februari 2014, 46 hari sudah dunia tak dapat memasuki Palestina. Ia sengaja ditutup dari segala arah, termasuk perbatasan Rafah. Namun meski hendak dihapus dari peta oleh “Israel”, di samping kita ada anak-anak kecil suci membinar mata, begitu penasaran ingin mengetahui keberadaannya. “Ayah…Ibu…Palestina itu dimana?”. Pembaca budiman, mari kita juga tanyakan itu pada diri kita.
Apa yang ku tahu tentang PALESTINA? Apa ada yang mengenalnya? Atau ada yang pernah ke sana? Yang jelas PALESTINA sangat jauh dari Indonesia. PALESTINA tak seperti kota biasa. Ia berbeda dengan Belanda, Paris, Inggris, Turki, Amerika, Afrika, Malaysia, Singapura, dan bahkan Indonesia.
Tak ada gemerlap dunia di mata PALESTINA. Yang ada saat ini hanyalah tumpahan darah dan tetesan air mata. Pemandangan ini yang tergambar jelas di wajah PALESTINA:
Sepanjang Jenin, Ramalah, Tepi Barat, Tel Aviv, sampai jalur Gaza, barisan serdadu tentara zionis “Israel bercokol di mana-mana. Membabi buta memamah apa saja, siapa saja, di mana saja dalam keadaan bagaimana saja. Meluluhlantakkan rumah-rumah sehingga rata dengan tanah. Dan keesokan harinya, helikopter-helikopter berdesing tiada henti. Seperti permainan lego, mereka mendaratkan rumah-rumah siap pakai untuk dihuni Yahudi.
Tentara-tentara itu, membalas lemparan batu dengan desing peluru yang tak bermata. Tak peduli anak-anak, wanita, tua renta, muda belia, semua sama di mata mereka. Berhadapan dengan mereka pilihan akhirnya sama saja: berakhir di ujung senjata. Tak ada kamus damai dengan mereka. Perdamaian Camp David, Oslo… hanya omong kosong belaka. Tanpa ragu mereka memburu para pemuda Intifadhah dengan tank canggih Merkava. Menggilas tubuh mereka tak ubahnya seperti meremukkan bebatuan di jalanan yang menganga. Sudah sangat biasa dan tanpa rasa mereka mencabik, merobek, membelah menjadi dua, bahkan mencuri organ tubuh penting dari mayat pemuda PALESTINA. Mereka sigap dan siap siaga menangkap siapa saja ke sel penjara tanpa harus tahu berbuat salah apa. Bahkan bayi dalam gendongan ibunya pun mereka jadikan bola lemparan dari satu serdadu ke serdadu lainnya.
Mereka hanya ingin berlaga di mata dunia tanpa perlu berkaca siapa sebenarnya mereka. Mereka merasa berhak merampas paksa dan menduduki tanah PALESTINA dengan menghalalkan segala cara. Dan dengan bangga mereka mengaku sebagai kaum termulia di dunia, dengan dalih bahwa telah banyak diutus para Nabi untuk kaum Bani Israil, pendahulunya. Itu memang tak bisa disangkal, tapi ketahuilah, sebenarnya mereka sendiri melanggar dan menyelewengkan ajaran para Nabi. Bahkan Musa yang mereka sebut Moses itu, meninggal dalam keadaan murka kepada kaumnya. Pantaslah para nabi diutus disana, sebab bebal bukan main kaumnya. Nabi ada, diutus untuk mentauhidkan mereka.
Di PALESTINA, anak-anak berubah menjadi dewasa sebelum masanya, jauh melampaui usia yang sebenarnya. Bahkan anak 2 tahun pun berani membentak tentara Israel”, tidak tanpa murka.  Di antara mereka ada yang dengan kesadaran dan keberaniannya memasuki camp-camp tentara Israel dan pemukiman-pemukiman Yahudi, lengkap dengan perangkat bom syahid melekat di tubuh mereka. Ya, ketika anak-anak remaja di belahan bumi lain sedang gandrung dengan lagu bidadari surga yang jatuh di hadapannya, anak-anak remaja PALESTINA justru menjemput bidadarinya langsung di taman surga.
Itulah sekelumit wajah suram negeri PALESTINA. Jerrusalem, Al-Quds, Baitul Maqdis… apa pun namanya… Atas nama cinta, marilah kita jaga. Meski dengan menyisipkan sederhananya doa ke dalam kerikil kecil bocah Palestina. Kelak doa itu menyertai balada si batu kerikil disana.
Bocah-bocah suci berkata “Lihat ke sini, apa yang aku bawa dalam kain ini?Ya, benar, ini batu kerikil, kecil-kecil, dan amat mungil. Apa yang bisa dilakukan si batu kerikil? Ia bisa menjadi teman bermain anak kecil. Dibuat rumah-rumahan, benteng-bentengan, bermain encrak ataupun congklak. Ia juga sering dipakai untuk mengusir kucing yang kedapatan mencuri ikan hering yang sedang dijemur di atas piring. Bisa juga untuk menakut-nakuti anjing yang mengejar kita tanpa tedeng aling-aling. Atau menimpuk maling yang kepergok hansip di dekat pos kamling. Atau iseng mengetapel sarang burung yang sedang bertengger di dahan ranting.
Ya, inilah batu kerikil, kecil-kecil, dan amat mungil. Salah satu makhluk ciptaan Allah yang sesungguhnya perannya tidaklah kecil. Batu kerikil ini, pernah menjadi saksi atas getir pahitnya dakwah Rasulullah saat pergi ke Tha’if. Saat anak-anak kota itu, melempari Rasulullah dengan batu kerikil hingga penuh luka. Batu kerikil ini juga, yang dulu dipakai Nabi Ibrahim as, untuk mengusir iblis saat Nabi Ibrahim akan menyembelih putra tercintanya, Ismail. Yang kemudian, karena keikhlasan dan kesabarannya, Allah menebus Ismail dengan seekor gibas atau domba untuk disembelih. Peristiwa itulah, yang melatarbelakangi kewajiban berkurban. Peristiwa itulah, yang melatarbelakangi syari’at melempar jumrah dalam ibadah haji.
Ya, inilah batu kerikil, kecil-kecil, dan amat mungil. Salah satu makhluk ciptaan Allah yang sesungguhnya perannya tidaklah kecil. Di belahan bumi PALESTINA… kita tahu betul bagaimana di sana… Batu kerikil inilah, yang kerap berada di saku-saku baju, di tangan-tangan bocah, dalam kepalan dan jentikan ketapel anak-anak PALESTINA. Seperti Daud kecil yang menjentikan ketapel, dan batu kerikil itu melayang tepat ke arah mata Jalut. Batu kerikil ini, sering kali membuat gentar para serdadu Israel yang sebenarnya menggigil dan bernyali kerdil. Sekalipun menopang bedil, keberaniannya sendiri lebih kecil dari pada batu kerikil di tangan anak kecil. Tak ubahnya seperti kikil yang menciut ketika disayur dalam pendil.

 Ya, inilah batu kerikil, kecil-kecil, dan amat mungil. Salah satu makhluk ciptaanMu ya Rabb, yang sesungguhnya perannya di mataMu tidaklah kecil. Batu kerikil ini, menjadi saksi perjuangan anak-anak intifadhah melawan kejam dan kejinya zionis Israel nan kafir. Aku seperti mendengar bisikan si batu kerikil: Ya Rabb, sebagaimana Engkau melindungi Ka’bah Al-Haram dari serangan pasukan bergajah Abrahah, Untuk kesucian Al-Aqsha, akankah Engkau kepakkan sayap-sayap Ababil yang membawa sijjil? Ijinkanlah musuhMu bertekuk lutut di hadapanMu.