Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Minggu, 20 Januari 2013

Kukenalkan Ini pada Anakku



Hai, namaku buku. Aku si gudang ilmu, kuncinya dengan membacaku. 
Kau mau jadi sahabatku? Bacalah aku di mana pun kau mau.
Kapan pun kau butuh aku, aku akan temanimu tanpa kenal waktu.
Tapi jika adzan berseru, tutuplah aku dahulu.
Segeralah ambil air wudhu, dan sholatlah dengan khusyuk dan khudhu.
Atau jika ibu memanggilmu, tundalah aku sementara waktu, bantulah ibumu dulu.
Agar kau mudah bertemu denganku, simpanlah aku di setiap sudut rumahmu.
Di ruang tamu dan bahkan di teras tunggu.
Kemana pun kau kan menuju, bawalah serta aku selalu.
Bersamaku, kau tak perlu pergi ke taman bunga, jika ingin melihat kupu-kupu yang lucu.
Kau hanya cukup membuka ensiklopedi yang memuat beragam bidang ilmu.
Kau tahu, sobat, apa yang membuatku pilu? Jika aku dibiarkan sendiri dan berdebu!
Dan aku tahu, kau tak kan membuatku begitu…

*)ibuku pernah bercerita, dulu ketika aku berusia 1 tahun, aku pernah terkena diare yang cukup parah sampai harus dirawat di rumah sakit. Saat itu aturan di rumah sakit sangat ketat. Selama dalam perawatan, aku tak boleh ditunggui oleh siapa pun. Setiap malam aku hanya ditemani oleh suster jaga, yang sebenarnya tidak berjaga-jaga sepanjang malam, hanya sesekali saja menengokku. Ibu dan bapak baru bisa bertemu denganku di siang hari, itu pun hanya pada saat jam besuk, dan tak boleh menggendongku pula. Betapa malang nasibku dan sangat menyedihkan. Bayangkan, seorang anak berusia 1 tahun dalam keadaan sakit, tergolek lemah di box kaca rumah sakit dengan tangan dan kaki diikat dan diinfus, sendirian menatap ibunya. Tatapan penuh harap dan tangis ratapanku tak mampu meluluhkan aturan itu, aku tak boleh dan tak kan bisa digendong ibuku. Dan begitulah, selama dua jam itu kami harus puas hanya dengan berbagi senyum dan cerita. Sesaat sebelum jam besuknya habis, seorang suster selalu menghampiri ibuku dan meminta mainan untukku. Ketika ibu-ibu yang lain menyerahkan boneka atau mobil-mobilan untuk mainan anaknya yang sedang dirawat, ibuku tak ragu menyodorkan dua jilid majalah Kartini. Suster itu hanya bengong, tapi tak lama, karena ibuku segera menjelaskan, “itu mainan anak saya, suster. Dia akan anteng kalau dikasih mainan itu. Dan coba saja nanti suster tanya nama-nama benda di majalah itu, dia bisa menunjukkannya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar