Hai, namaku buku. Aku si gudang
ilmu, kuncinya dengan membacaku.
Kau mau jadi sahabatku? Bacalah
aku di mana pun kau mau.
Kapan pun kau butuh aku, aku akan
temanimu tanpa kenal waktu.
Tapi jika adzan berseru, tutuplah
aku dahulu.
Segeralah ambil air wudhu, dan
sholatlah dengan khusyuk dan khudhu.
Atau jika ibu memanggilmu,
tundalah aku sementara waktu, bantulah ibumu dulu.
Agar kau mudah bertemu denganku,
simpanlah aku di setiap sudut rumahmu.
Di ruang tamu dan bahkan di teras
tunggu.
Kemana pun kau kan menuju,
bawalah serta aku selalu.
Bersamaku, kau tak perlu pergi ke
taman bunga, jika ingin melihat kupu-kupu yang lucu.
Kau hanya cukup membuka
ensiklopedi yang memuat beragam bidang ilmu.
Kau tahu, sobat, apa yang
membuatku pilu? Jika aku dibiarkan sendiri dan berdebu!
Dan aku tahu, kau tak kan
membuatku begitu…
*)ibuku pernah bercerita, dulu ketika aku berusia 1 tahun, aku pernah
terkena diare yang cukup parah sampai harus dirawat di rumah sakit. Saat itu
aturan di rumah sakit sangat ketat. Selama dalam perawatan, aku tak boleh
ditunggui oleh siapa pun. Setiap malam aku hanya ditemani oleh suster jaga,
yang sebenarnya tidak berjaga-jaga sepanjang malam, hanya sesekali saja
menengokku. Ibu dan bapak baru bisa bertemu denganku di siang hari, itu pun
hanya pada saat jam besuk, dan tak boleh menggendongku pula. Betapa malang
nasibku dan sangat menyedihkan. Bayangkan, seorang anak berusia 1 tahun dalam
keadaan sakit, tergolek lemah di box kaca rumah sakit dengan tangan dan kaki
diikat dan diinfus, sendirian menatap ibunya. Tatapan penuh harap dan tangis
ratapanku tak mampu meluluhkan aturan itu, aku tak boleh dan tak kan bisa
digendong ibuku. Dan begitulah, selama dua jam itu kami harus puas hanya dengan
berbagi senyum dan cerita. Sesaat sebelum jam besuknya habis, seorang suster
selalu menghampiri ibuku dan meminta mainan untukku. Ketika ibu-ibu yang lain
menyerahkan boneka atau mobil-mobilan untuk mainan anaknya yang sedang dirawat,
ibuku tak ragu menyodorkan dua jilid majalah Kartini. Suster itu hanya bengong,
tapi tak lama, karena ibuku segera menjelaskan, “itu mainan anak saya, suster.
Dia akan anteng kalau dikasih mainan itu. Dan coba saja nanti suster tanya
nama-nama benda di majalah itu, dia bisa menunjukkannya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar