(Bukan Sekedar basa-basi)
SATU keresahan yang
hadir di hatiku saat menulis ini hanya sederhana. Aku ingin menulis. Hanya
itu, tidak lebih. Kakiku banyak yang beride, tapi hanya sedikit ideku
yang berkaki. Sejauh kaki melangkah, selepas mata memandang, selalu
ide,ide,ide, dan ide yang memenuhi ruang gerak dan logikaku.
Ketika
pagi hari, aku tertarik menulis tentang mentari pagi. Beranjak siang
hari, aku ingin menulis tentang langit biru dan awan putih. Memasuki
sore hari, aku ingin menulis lembayung senja. Dan ketika malam tiba,
aku ingin menulis tentang dewi malam dan kerlip gemintang. Sampai bertemu
pagi lagi, ide itu belum juga berkaki.
Semasa
kuliah dulu, aku menyediakan semacam buku catatan kecil yang sengaja
kujilid rapi. Ceritanya buku itu untuk menuliskan ide-ideku. Kemana
pun aku pergi selalu kubawa buku itu. Banyak ide yang aku tuliskan di
sana. Maksudku, jika ada waktu luang, aku akan segera mengembangkan
ide itu ke dalam tulisan. Entah itu artikel, essay, feature, opini,
resensi, puisi, cerpen, atau bahkan novel.
Biasanya
aku mendapat ide ketika aku berada di rumah kosanku, ketika berangkat
kuliah, ketika berada di kampus, bahkan ketika aku berada di dalam bis
kota. Aku sangat tertarik dengan ide-ide sosial, psikologi, seni, pendidikan,
agama, sejarah, keluarga, anak, lingkungan, human interest.
Saat
aku jalan-jalan atau pulang ke kampung halaman, aku melihat ide-ide
bertebaran di mana-mana. Tentang penghuni lampu merah, tentang pemulung
sampah, tentang anak jalanan, tentang pedagang asongan, tentang pengamen
jalanan, tentang peminta-minta, tentang sopir angkot, tentang calo terminal,
dan tentang-tentang yang lainnya.
Aku
punya ide menulis tentang pendidikan ketika melihat bangunan sekolah
yang roboh. Aku punya ide menulis tentang konsumerisme ketika melihat
megahnya plaza-plaza. Aku punya ide menulis tentang lingkungan ketika
melihat gunungan sampah. Bahkan setiap ada moment penting tak kulepaskan
begitu saja. Semua hari besar agama dan nasional menyisakan begitu banyak
ide.
Ketika
itu, keasyikanku menyaksikan acara-acara di televisi, melewatkan beragam
ide. Mulai dari film layar lebar, sinetron, tenenovela, musik, drama,
mini seri, entertain, kuis, sampai iklan. Ide yang kusebutkan terakhir
sudah berkaki. Aku cukup bangga, walaupun tak sebanding dengan kakiku
yang beride.
Saat
itu, aku menyukai perkuliahanku di ruang kelas. Terlebih jika aku harus
terjun langsung ke lapangan untuk observasi suatu kasus. Ide-ide datang
tanpa diundang. Tepat, lagi-lagi, ide itu belum juga berkaki. Semua
materi kuliahku nyaris selalu memunculkan ide cemerlang. Dan siang hari
dalam perjalan pulang menuju kosan, aku berniat menjalankan ideku agar
kakinya tidak lumpuh.
Namun
sesampainya di sana, hal itu kandas di kasur kapukku, lenyap di sepiring
nasi bungkus, sirna dalam rutinitas tugas, dan larut dalam rendaman
pakaian kotor. Ketika semuanya selesai, sisa-sisa kelelahanku begitu
tertarik pada lambaian selimut tebal.
Entahlah,
rasanya tangan ini kaku, bibirku kelu, otakku mampet, hatiku mandeg.
Pena hitamku tak mampu kugerakkan. Kertas putih di hadapanku sepertinya
sempit sekali untuk menampung ide-ideku. Sejenak kuhentikan rutinitasku,
tak ada salahnya aku bertanya, apa yang terjadi denganku?
Kubuka
jendela dan pintu kamarku, kutarik kursi belajarku, kuraih buku ideku,
kubuka tutup penaku, kutarik nafas panjang. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Seraya berdoa, semoga Allah menajamkan
mata pena batinku. Semoga Allah berkenan meminjamkan tanganNya sebentar
dan mencurahkan ilmu dan hikmah untukku.
Tak
ada pilihan yang lebih baik, selain segera menulis, saat itu juga. Walau
hanya diawali dengan kalimat “aku ingin menulis tentang”, atau “aku
tidak tahu harus memulai dari mana”, atau “aku tidak tahu apa yang
harus aku tulis”. Walau hanya itu, yang penting kakiku yang beride
harus bisa berjalan.
Karena
hanya ada tiga syarat penting untuk menjadi seorang penulis, yaitu MENULISLAH, MENULISLAH,
MENULISLAH! Seperti air, biarkan kata-kata mengalir, menemui
tempat landainya. Ya, seperti yang kulakukan saat ini. Selamat menikmati.
Semoga ada makna.
Sangat inspiratif, mudah-mudahan saya jadi lebih rajin menulis, trims ya!
BalasHapusyuk kita menulis sama2...ingin juga bikin tulisan yg diterbitkan
Hapus