Musim kemarau tiba.
Hari pun selalu cerah ceria. Anak-anak senang dengan suasana yang ada.
Musim kemarau, berarti musim menerbangkan layang-layang ke angkasa.
Anakku masih belum bisa
berjalan saat itu. Dan sepertinya acara makan siang menjadi penantian
yang seru. Sambil duduk di roda, aku membawanya ke sudut teras rumah
yang teduh.
Wajahnya sumeringah.
Senyumnya rekah, saat melihat sekawanan anak ayam bersama induknya yang
sedang memakan remah-remah. Pun saat melihat kepak sayap burung dan
mendengar kicauannya yang riuh rendah. Seolah burung itu menyapanya
dengan ramah. Dan ia tersenyum geli, saat melihat semut yang bergerombol
di dinding rumah.
Tak jauh dari teras
rumah ada tempat pembuangan sampah. Di sampingnya ada sebidang tanah,
yang sering dipakai anak-anak mengulur layang-layang sepulang sekolah.
Mula-mula layang-layang terbang rendah. Lama-lama makin tinggi dan terlihatlah.
Beraneka layang-layang dengan warna dan corak yang indah.
Itulah pemandangan yang
ditunggu-tunggu oleh anakku. Ia bertepuk tangan sambil berseru-seru.
Dan aku seolah tak jemu menyanyikan sebuah lagu dengan nada yang sembarang
mau dan sebenarnya jauh dari merdu. Duh aku jadi malu…
Layang-layang
terbang melayang
Di
angkasa yang luas terbentang
Wahai
angin cepatlah datang, berhembuslah kencang
Duhai
kawan, ulur benang panjang-panjang
Terbangkan
layang-layang, setinggi gunung menjulang
Jika
senja menjelang cepatlah pulang
Dengarlah
adzan berkumandang, segeralah bersembahyang
Jika
esok mentari bersinar terang, kembalilah ke tanah lapang
Rame-rame
terbangkan layang-layang
*)ketika anakku sudah beranjak besar, ia tak hanya duduk-duduk memandang
layang-layang. Ia mulai mencoba menerbangkannya, meskipun belum
bisa dan belum pernah layang-layangnya benar-benar terbang. Walau belum
bisa mengulur benang panjang-panjang, ia terlihat sangat senang. Dan
yang membuatku tenang, ketika adzan berkumandang, ia memang segera pulang
dan lekas bersembahyang. Setelah itu ia mulai berceloteh riang, tentang
layang-layang.
Lihatlah,
anakku sayang, layang-layang yang terbang melayang
Di
langit yang luas terbentang, setinggi gunung menjulang
Ditiup
angin yang berhembus kencang.
Dengarlah,
anakku sayang, ada benda yang lebih hebat dan berat daripada layang-layang
Ia
pun bisa terbang melayang tanpa terguncang
Ialah
pesawat terbang, yang terbuat dari besi yang dirancang.
Ingatlah,
anakku sayang, janganlah ragu dan bimbang
Yang
Maha Hebat adalah Allah yang Maha Penyayang.
Camkanlah,
anakku sayang, janganlah sombong bersarang sekuat karang
Karena
Allah Sang Penyayang, bisa membuat pesawat terbang terguncang
Hancur
berkeping terbuang sayang seperti kulit kacang
Pun
nyawa para penumpang, hilang melayang.
O
amat teramat sayang.