Ibu-Ibu Doyan Nulis

iidn

Senin, 14 April 2014

Bukan Li Min Ho!

Saat ini dunia sedang dilanda demam artis Korea. Mulai lagu, film, sampai pakaiannya pun diikuti masyarakat luas. Tak pandang bulu, virus Korea juga menjangkiti remaja Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.Kebanyakan dari para fans artis Korea mengaku gandrung akan penampilan fisik pujaannya yang mirip figur-figur komik Jepang ataupun manga. Mereka nampak sangat indah rupa, istilahnya “misionen” atau “perfect”. Menurut kabar maya, artis Korea dominan mengoperasi wajah mereka (oplas) untuk tampil sempurna seperti boneka porselen.



Sudah lihat foto di samping? Tampan bukan? Itu bukanlah foto
Li Min Ho sedang latihan wajib militer. Ianya sosok mujahid yang telah syahid (in syaa Allah) beberapa waktu lalu.

Wahai kaum Muslimin, di tengah hingar bingar demam oplas yang kini bahkan diikuti artis-artis Indonesia, Allah subhanahu wata’ala menurunkan sebuah kabar gembira. Syahidnya Abu Khurayra Al-Kazzakh menjadi bukti bahwa kesempurnaan hanya milik Allah saja. Sesuatu yang sempurna akan Allah jaga dari noda dunia. Seorang muslim sejati terjauhkan dari haus akan membaguskan rupa agar dipuja-puji mahluk yang mudah tertipu lagi fana. Mari becermin kepadanya.

Ialah seorang mujahid muda asal Kazakhstan berparas yang diidamkan kebanyakan orang saat ini. Wajahnya mengundang decak kagum yang melihatnya, sungguh orisinil, ciptaan Allah. Namun, Abu Khurayra lebih memilih  turut berjihad melawan rezim Nushairiyah di Suriah bersama Jaish Al-Muhajirin wal Anshar. Bersama dua Mujahidin lainnya yang berasal dari Tajikistan dan Dagestan, ia dilaporkan gugur baru-baru ini saat melancarkan jihad di Suriah. Demikian pemberitaan dalam Akhbar Sham, sebuah situs web berbahasa Rusia yang mendukung Jaish Al-Muhajirin wal Ansar, sebuah kelompok mujahidin asing yang dipimpin oleh komandan dari Kaukasus.




Akhbar Sham melaporkan bahwa Abu Khurayra Al-Kazakh, Abu Ahmad Al-Tajik, dan Ismail Al-Dagestan telah syahid, in syaa Allah, di Suriah, namun tanggal tepat gugurnya mereka tidak diungkapkan. Ketiganya dikabarkan berjuang bersama Jaish Muhajirin wal Anshar; Abu Ahmad Al-Tajik bertempur di Brigade Imarah Kaukasus. Diantara ketiga Mujahidin tersebut, Abu Khurayra adalah mujahid yang termuda. Kavkaz Center melaporkan bahwa dia baru berusia sekitar 19 tahun.

Sejak hari pertama mendedikasikan dirinya untuk berjihad, Abu Khurayra (Allahu yarhamhu) sudah terlihat [nyaman] seperti berada di rumah sendiri di tengah-tengah kelompok jihadnya. Dia adalah salah satu dari mujahidin yang kharismatik padahal masih sangat muda. Caranya berperilaku dan berbicara, rasanya akan membuat kita minder untuk berdebat dengannya. Ia begitu ceria, cerdas, dan suka ria bergabung dalam percakapan rekan-rekan mujahidinnya. Dalam berbagai diskusi, ia bersikap lembut dan santun, argumennya tidak menonjolkan diri sendiri atau mengalahkan teman-temannya.
Meski dikenal baik, dia hampir tidak pernah menceritakan apa-apa tentang dirinya, seperti yang biasanya dilakukan oleh mayoritas Mujahidin lainnya. Tak sedikitpun nampak dalam dirinya unsur mencari popularitas. Bahkan saat salah seorang mujahid yang lebih senior sedikit usil menggodanya dengan menebak-nebak nama aslinya, ia hanya menjawab dengan singkat sambil tersenyum “Namaku Abu Khurayra.”
Begitulah seorang Muslim. Hidupnya mulia, atau wafat dalam syahid. Tanpa risau untuk meninggalkan sebuah nama baik sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, atas karunia Allah, penduduk langit, pun penduduk bumi kini turut mengenal kebaikannya. Semoga perjalanan hidupnya yang cukup singkat meninggalkan jejak yang benderang, tidak hanya di hati rekan-rekan seperjuangannya, namun juga menjadi ingatan bagi kita untuk kembali kepada Islam, selamanya. Bidadara tampan itu telah menanti kita. Allahu Akbar! (sumber: banan/arrahmah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar